Klarifikasi dua konflik Joesoef Isak oleh tim redaksi "80 Tahun Joesoef Isak"
Bonnie Triyana & Max Lane
Ada dua masalah yang Redaksi tanyakan langsung kepada Joesoef, yaitu mengenai konflik dengan B.M. Diah di tahun 1963 dan konflik intern Hasta Mitra sebagaimana secara samar disinggung sedikit dan disayangkan oleh Koesalah Soebagyo Toer dalam tulisannya di atas.
1) Mengenai konflik dengan B.M. Diah, Joesoef mengatakan banyak beredar berita atau komentar yang kebanyakan tidak correct. Joesoef menjelaskan memang betul terjadi konflik dengan B.M. Diah, tetapi tidak benar kalau dikatakan B.M. Diah memecat Joesoef dari Merdeka. B.M. Diah memutasi Joesoef dari pimpinan redaksi menjadi Ketua Dewan Perusahaan untuk seluruh Grup Merdeka. Pengangkatan ini ditolak oleh Joesoef dan dia tanpa pamit mengundurkan diri dari Merdeka.
Setelah keluar tahanan tahun 1977, Joesoef beberapa kali menjumpai B.M. Diah, dan semua pertemuan itu penuh suasana persahabatan. Joesoef selalu menganggap B.M. Diah sebagai abang dan senior yang mendidik dan yang memberikan kesempatan kepadanya mengembangkan bakatnya sebagai wartawan. Sebelum B.M. Diah meninggal dunia, terjadi pertemuan yang menjernihkan segala masalah. B.M. Diah berkata kepada Joesoef, bahwa apa yang telah terjadi di masa lalu adalah suatu konflik politik. Konflik yang wajar dengan kondisi politik pada saat itu. Politis kondisi itu bergulir terus dan berubah. “Sekarang tidak ada konflik apa-apa aku sama kau. Ketika itu, kita berbeda pendapat. Itu wajar saja. Walaupun ada konflik, secara pribadi, kau tetap anak buah dan sahabat aku. Juga Zus Hera secara pribadi baik-baik saja terhadap kau, bukan? Apa kau sendiri tidak rasakan begitu?” tanya B.M. Diah kepada Joesoef.
Joesoef sepenuhnya membenarkan kata-kata B.M. Diah, seorang yang selalu dia hormati sebagai abang, senior, guru dan dianggap oleh Joesoef sebagai salah seorang penulis editorial terbaik. Hubungan Joesoef dengan Herawati Diah sampai sekarang pun berlangsung baik. Dalam segala segi Joesoef hormat sekali pada Herawati Diah.
Joesoef tetap tidak pernah bisa lepaskan emosinya sebagai orang Merdeka. The best years of my life saya jalani di Merdeka bersama Diah, katanya. Dia menyayangkan Merdeka sekarang sudah tidak ada.
2) Memang betul dalam Hasta Mitra terjadi konflik intern. Dua kali terjadi konflik antara Pramoedya dan Hasjim Rachman –- mungkin tidak diketahui umum karena kedua pihak tidak mengumandangkannya keluar. Dengan Joesoef juga terjadi konflik pada tahun 2002. Joesoef mengatakan dia tidak ingin sama sekali berbicara tentang konflik Pramoedya dengan Hasjim maupun dengan dirinya sendiri. Joesoef menganggap sebagai sesuatu yang berada di bawah martabatnya untuk berbicara tentang substansi konflik-konflik itu. Dia tidak peduli, apa pun pendapat orang lain. Kata Joesoef “versi saya tidak penting!” Kebenaran adalah kebenaran, biar kebenaran itu sendiri suatu waktu akan muncul. Lalu Joesoef berkata, “Saya ingin berbicara mengenai Pramoedya hanya sebagai sahabat politik yang seiring sejalan, sebagai budayawan dan novelis besar yang sangat saya kagumi. Peranannya yang penting dalam revolusi dan pencerahan pikiran. Sampai kapan pun saya akan bersikap demikian mengenai Pramoedya. Titik!”
Itu keterangan khas Joesoef yang memang sudah kami duga. Mengenai keadaan Hasta Mitra sebenarnya team redaksi tahu duduk soal. Oey Hay Djoen almarhum paling tahu dan pernah bercerita lengkap, juga percetakan dan distributor di Yogya tahu betul duduk soal, karena Joesoef dalam segala hal selalu bersikap transparan. Yang pasti konflik intern Hasta Mitra tidak menyangkut masalah politik atau literer. Menurut Joesoef tugas politiknya bersama Hasjim untuk menerbitkan semua buku Pramoedya produksi Pulau Buru sudah selesai. Mission accomplished!
Penerbitan karya-karya Pramoedya berikut urusan distribusi dan keuangan diurus oleh keluarganya sendiri oleh Joesoef dianggap hal yang paling baik –- ed. ***