Draft "Biografi Joesoef Isak"
Kawan-kawan,
Cukup mengejutkan bagi saya ketika
mendadak masuk ke email saya dari <bhineka@brd.de>
draft naskah Biografi Joesoef Isak (yaitu mengenai
diri saya); ditambah lagi dengan undangan
mendiskusikan bersama dan terbuka naskah yang masih
draft tersebut.
Penulisan naskah tersebut adalah
sepenuhnya atas prakarsa sdr. Hafis Azhari -- prinsip
yang saya pegang dan konsisten saya pegang: setiap
orang punya kebebasan menulis, dengan
sendirinya juga sdr. Hafis Azhari yang saya tahu
mempunyai maksud baik. Rupanya draft naskah itu dilempar
ke forum publik, karena saya sendiri selalu
berjanji akan membacanya, tetapi tidak pernah ada waktu untuk melakukannya. Sdr. Hafis Azhari
rupanya tidak sabar menunggu sampai saya ada waktu. Karena tidak bisa menyediakan waktu, maka
saya hanya berpesan (berkali-kali) kepadanya agar
jangan sampai menyanjung saya karena saya anggap diri
saya seorang non-person di tengah masyarakat
yang setiap hari bisa membaca di koran tentang orang-orang yang memang menjadi tokoh
penting. Sanjungan malah akan sangat embarassing
sekali bagi saya.
Banyak sahabat, termasuk kenalan dari
kalangan univerties di Amerika, Australia
dan Jepang, juga rekan-rekan di Indonesia sendiri
mendesak-desak saya agar saya menulis memoire. Permintaan seperti itu terus
mengejar-ngejar saya, dan saya rasakan sebagai beban berat
seakan saya berutang kepada banyak orang yang
tidak saya bayar-bayar.
Rasanya memang cukup bahan untuk
diceritakan atau dijadikan buku, tetapi saya selalu
bertarung dengan diri sendiri menyangkut isi, struktur, gaya, dan tidak kalah menganggu adalah mendapat
waktu senggang di tengah kesibukan rutin yang tak
henti-hentinya. Kalau pun saya menulis, maka niat saya
bukan menulis biografi, melainkan semacam renungan,
kumpulan corat-coret seorang journalist. Memang
sudah cukup banyak saya lontarkan pengalaman saya
kepada rekan-rekan wartawan dalam dan luar negeri,
cuplikan-cuplikan sporadis pengalaman semasa era Bung
Karno, sekitar peristiwa G30S, pengalaman pribadi dengan
Nyoto, Aidit, Sudisman, pengalaman penjara dan
pengalaman sebagai penerbit bersama Pramoedya dan Hasyim
Rachman, dan banyak lagi yang lain-lain.
Sebelum semua itu bisa saya kerjakan,
sdr. Hafis Azhari datang kepada saya, dan meminta agar saya
bercerita tentang pengalaman saya sebagai wartawan. Hafis
Azhari memang mempunyai pengalaman-kerja dalam proyek
oral-history menyangkaut masalah dan pengalaman
tahanan politik. Sekali lagi saya tegaskan: tiap orang
mempunyai kebebasan menulis.
Sekarang rentetan interview yang
dilakukan dengan saya dilempar ke publik -- dan saya tentu tidak
punya hak dan juga tidak berniat melarang atau
mencegah seseorang seperti Hafis Azhari untuk berkarya, dia
saya kenal sebagai penulis muda yang produktif dan
terutama sebagai seorang cendekia Islam yang maju,
saya menganggapnya sebagai pembawa pikiran
Islam renaissance.
Saya -- ex-wartawan tetapi sekarang jadi
editor dan penerbit Hasta Mitra -- hanya bisa
berkomentar: masihkah draft tulisan tersebut akan
menarik dijadikan buku bila sebelumnya sudah menjadi
properti publik?
Awal Oktober 2002
Joesoef Isak