Rahasia rute perang pasukan Majapahit
Mbah Sghriwo
Mbah Sghriwo
Candi Penataran sejak 1200 M adalah mercusuar pemeluk Hindu di belahan Timur tanah Jawa. Candi yang dibangun Ratu Srengga dari Kediri pada 1190-an ini dapat dicapai dari empat jurusan yakni: jalur Wates, jalurnya orang Kediri dan orang Majapahit; jalur waduk Selorejo, Ngantang, jalurnya orang Majapahit dan Singosari Malang; jalur Rambut Monte, jalurnya orang Singosari; dan terakhir jalur penduduk lokal.
Candi Penataran berada di pojok Barat Laut kota Blitar. Dari makam Bung Karno 8 km lurus saja ke Utara.
Pasukan Kediri datang dari arah Barat laut pastilah memilih rute melalui Wates, pasar Pathok, Nglegok untuk mencapai Candi Penataran, inilah jalur sangat eksklusif dan dapat ditempuh dalam setengah hari perjalanan Cikar (gerobak sapi) dari Kediri. Jalur inilah yang juga ditempuh oleh pasukan Majapahit yang datang dari Mojokerto, Jombang melalui Kediri guna mencapai candi Penataran untuk mengadakan upacara keagamaan yang selalu dilakukan sebelum pasukan darat Majapahit menyerang ke arah Timur, daerah kerajaan Blambangan. Juga untuk menaklukkan wilayah Nusantara yang lain, selalu dimulai mengadakan upacara dari candi Penataran.
Candi Penataran dari awal berdirinya di samping digunakan pendeta Kediri juga pada kurun berikutnya dipergunakan berbagai kerajaan di belahan timur Jawa a.l. Songosari, dan Majapahit. Di setiap kurun waktu tersebut bagi sebuah kerajaan menguasai dan memiliki kedaulatan atas candi Penataran adalah simbol kemenangan dan kekuasaan sang raja yang diakui oleh seantero Jawa bagian Timur.
Pasukan Majapahit setelah mengadakan upacara di candi Penataran akan bergerak ke Timur melalui jalur Rambut Monte dan terus ke Timur melalui Karang Kates dan seterusnya ke Malang. Berbulan-bulan pasukan demikian baru akan kembali dan menempuh kembali rute yang sama ke candi Penataran untuk mengadakan upacara sekali lagi sebagai wujud bersyukur setelah selesainya tugas kerajaan. Maka sebagian pasukan setelah mengunjungi Penataran akan kembali ke Trowulan melalui waduk Selorejo, Ngantang, dan terus ke Jombang dan Mojokerto.
Para pengunjung masa kini bisa membasuh diri dengan air berkhasiat dari sebuah kolam berada di sudut Timur candi, konon kolam itu sejak jaman kuno telah dipergunakan untuk bersuci.
Candi Penataran di Blitar dan Goa Selomangleng di Kediri memiliki sebuah relief yang identik berbentuk bulatan berdiameter 30 cm, dalam lingkaran terlukis sebentuk bunga. Perbedaan usia kedua situs kuno tersebut kira-kira setengah abad yakni lebih dulu Goa Selomangleng.
Para pengunjung masa kini bisa membasuh diri dengan air berkhasiat dari sebuah kolam berada di sudut Timur candi, konon kolam itu sejak jaman kuno telah dipergunakan untuk bersuci.
Candi Penataran di Blitar dan Goa Selomangleng di Kediri memiliki sebuah relief yang identik berbentuk bulatan berdiameter 30 cm, dalam lingkaran terlukis sebentuk bunga. Perbedaan usia kedua situs kuno tersebut kira-kira setengah abad yakni lebih dulu Goa Selomangleng.