Ramalan Pilpres 2019:
Jokowi menang di tanah Pasundan !!!
mbah subowo b. sukaris
Sejarah di Nusantara kembali berulang dalam Pilpres 2019, semasa Prabu Hayam Wuruk Anumerta (1360-an) tatkala menyambut kedatangan putri raja Pajajaran yang resmi dipinang oleh Majapahit, terjadilah pertempuran spontan tak seimbang di pesanggrahan Bubat dalam wilayah Majapahit, seluruh tamu gugur termasuk petinggi sekaligus raja Pajajaran.
Kegemilangan masa depan yang diharapkan Pajajaran dan kemegahan bagi kekuasaan Majapahit telah sirna. Berganti menjadi kesedihan mendalam terutama rakyat Pajajaran, hingga sejak itu selama berabad seolah selalu muncul dua kubu yang saling berhadapan satu sama lain. 2019 berhadapan kubu Jokowi merepresentasikan Majapahit dan kubu Prabowo simbol kekuatan rakyat di tanah Pasundan Pajajaran.
Di masa era teknologi informasi dan abad angkasa ini, tantangan bagi kontestan pilpres 2019 yang terpenting ialah
memenangkan pertarungan dunia maya terutama media sosial.
Media sosial dunia maya memang suatu sistem
komunikasi yang bersifat semu belaka. Akan tetapi peran serta kecerdasan buatan
yang nimbrung mempengaruhi para pengguna medsos, dengan sendirinya mutlak bahwa
unsur utama paling berpengaruh ialah kecerdasan buatan yang tak terpisahkan
kehadirannya sebagai komponen aplikasi media sosial.
Konon di mayapada tempat bersemayam para dewa dalam
mitologi kuno kini mengejawantah dalam data-data yang tersimpan di
jaring-jaring server yang dikendalikan AI alias kecerdasan buatan super.
Jagad para dewa memang abadi berada di mayapada,
dunia yang eksistensinya di dimensi lain yang pararel dengan dunia bumi manusia, dan itu memang
mungkin benar-benar ada!
Kecerdasan alamiah umat manusia lama-kelamaan akan
dikendalikan oleh AI melalui media sosial yang terus terbarui. Itulah fakta di
masa depan yang juga mungkin terjadi dalam pilpres 2019.
Menurut hemat penulis postingan secara audio
visual maupun tulisan yang bersifat positif dari pendukung para kandidat pilpres
2019 yang akan tampil untuk memenangkan “hati” sang kecerdasan buatan.
Postingan para kendidat yang semakin berkwalitas dan berkwantitas bakal muncul
sebagai sang pemenang di dunia maya. Dan selanjutnya mengejawantah di balik
dinding pembatas bilik suara para konstituen.
Sebagai satu contoh kita tahu banyak sekali
postingan di youtube yang mendiskreditkan salah satu kandidat. Apakah postingan
yang bersifat negatif itu akan mampu mengambil “hati” sang kecerdasan buatan?
Mungkin bagi penyebarnya akan mendapat jumlah followernya membludak, akan
tetapi seiring waktu postingan sebagai ini akan tersingkir dengan sendirinya
karena monoton dan kurang variatif.
Pada 2014 Jokowi takluk di tanah Pasundan, kalah
telak dari Prabowo. Bagaimana yang terjadi pada 2019? Mengingat 2014 silam, Jokowi
belum berprestasi apa-apa di wilayah NKRI. Pada 2014-2019 berbagai prestasi
telah terukir, dan yang paling berkesan hingga ke kalangan bawah antara lain: sertifikasi pemilikan tanah, dan proyek pedesaan, dsb.
Satu contoh kecil di satu sudut kota di wilayah Jawa
Barat, penduduk setempat mampu menolak janji, bujukan, dan rayuan para
kontestan. Walau itu hanya sekadar memasang tanda gambar peserta pemilu.
2019 masih lama, masih ada kesempatan serta peluang bagi kedua pihak untuk berpropaganda yang sama-sama positif, maka yang akan terjadi sebaliknya,
Jokowi sama seperti 2014 yang silam .... takluk di tanah Pasundan.
Postingan yang natural, orijinal, inovatif, dan penuh variasi
tentu akan lebih memenangkan salah satu kandidat yang didukung. Dan sebaliknya para
youtuber yang garang melawan pihak tertentu, hasilnya akan bisa kita saksikan
kelak pada 2019.
Pada era Orba, oknum garang di dunia maya semacam ini tak berani berucap sehuruf
pun di marcapada (dunia nyata), kalau tak ... atau mau coba-coba .... patut jadi bulan-bulanan aparat kekuasaan orba yang fasis dan otoriter.
Sekian untuk sekali ini.