Sambutan Menko Polsoskam
Susilo Bambang Yudhoyono MA
Susilo Bambang Yudhoyono MA
Buku ini (Meluruskan Sejarah Irian Barat -ed) terbit pada saat yang tepat, ketika Nasionalisme dan patriotisme bangsa Indonesia tengah diuji kembali. Juga ketika integrasi nasional dan keutuhan teritorial Indonesia sedang menghadapi permasalahan dan tantangan serius, termasuk munculnya kembali gerakan separatisme di Irian Jaya.
Kehadiran buku ini, yang di dalamnya terkandung nafas dan jiwa perjuangan bangsa, yang dengan gamblang juga menjelaskan proses dan koteks sejarah pembebasan Irian Barat, yang penuh dengan idealisme, determinisme, kepiawaian diplomasi dan sekaligus disertai dengan langkah-langkah militer, benar-benar memberikan inspirasi dan motivasi bagi kami semua, generasi penerus, untuk mampu menyelesaikan permasalahan Irian Jaya secara arif, tepat dan realistik.
Nilai dan manfaat buku ini makin bertambah ketika ditulis dan dituturkan sendiri oleh Bpk. DR. Subandrio, sebagai salah satu pelaku sejarah yang memiliki peran yang amat penting, serta diberikan pengantar oleh Bpk. Dr. Roeslan Abdulgani yang juga terlibat langsung dalam berbagai langkah diplomasi dan pemerintah negara waktu itu. Di sinilah letak kekuatan tema dan judul yang dipilih oleh buku ini, yaitu “pelurusan sejarah” dalam perjuangan merebut kembali Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia.
Alangkah bersyukur dan beruntungnya bangsa Indonesia, ketika ada upaya dari sekelompok orang untuk mengaburkan, membengkokkan dan memanipulasi fakta sejarah, tentu dengan ulasan dan tafsir yang subyektif, untuk tujuan politik pemisahan dari keutuhan wilayah Indonesia, para sesepuh dan pelaku sejarah masih memiliki kepedulian dan komitmen yang tinggi untuk menjelaskan sesuatu yang benar dan faktual, sebagai pedoman dan rujukan resmi bagi bangsa Indonesia, bahkan bagi masyarakat dunia. Hal ini tentu akan menguatkan keyakinan kita semua atas kebenaran sejarah, dan sekaligus meningkatkan ketegaran kita untuk menolak berbagai upaya untuk memanipulasi dan mendistorsi peristiwa dan proses sejarah yang sesungguhnya.
Jika kita menyimak secara cermat dan seksama atas penuturan Bapak DR. Subandrio, terbayang dan terasakan bagi kita semua, alot dan tidak mudahnya langkah-langkah diplomasi kita waktu itu. Banyak nilai dan pelajaran yang dapat diangkat dari episode sejarah yang penting itu, di antaranya keteguhan pada prinsip di satu sisi, dengan keluwesan dan kepiawaian bernegosiasi di sisi yang lain dalam langkah-langkah diplomasi. Ada pula pihak-pihak yang amat berpengaruh dalam percaturan global waktu itu, seperti Amerika Serikat, Uni Sovyet, dan bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang juga memerlukan pendekatan dan komunikasi politik yang tepat dan konstruktif, tentu saja sesuai dengan kepentingan nasional Indonesia. Dan yang tidak kalah penting adalah betapa tingginya determinasi dan kualitas kepemimpinan Presiden Soekarno yang didukung oleh seluruh rakyat Indonesia yang benar-benar bersatu, dan yang dipelopori oleh para prajurit dan sukarelawan bersenjata untuk siap berkorban jiwa dan raga demi menjaga keutuhan negara Indonesia, dan demi tetap berkibarnya Sang Merah Putih di bumi Irian Jaya.
Pelajaran berharga lain yang dapat kita petik adalah “war and diplomacy” sering harus berjalan bersama. Negosiasi atau “coercive diplomacy” memerlukan kekuatan militer sebagai posisi tawar. Itulah yang berlangsung dalam dinamika diplomasi kita waktu itu. Dalam kancah diplomasi sendiri, kita simak interaksi yang menarik antara para tokoh penting misalnya antara Presiden Soekarno dengan Presiden Kennedy, antara Menteri Luar Negeri Subandrio dengan Menteri Luar Negeri Belanda Luns dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Dean Rusk. Ada tokoh Juanda, Adam Malik, Sudjarwo, U Thant, De Quay, Howard Jones, Van Rooyen, Bunker, dan Menzies. Dalam arena militer ada tokoh Jenderal Nasution, Jenderal Soeharto, dan Komodor Yos Sudarso. Dan tentunya masih banyak lagi pelaku-pelaku penting yang menjadi bagian abadi dalam sejarah perjuangan Irian Barat tersebut.
Semua itu tentu bukan hanya kronologi sejarah semata, tetapi sesungguhnya adalah potret dan pancaran kebesaran sebuah bangsa, yang karena kuatnya kehendak untuk bersatu dan untuk melangkah bersama, maka misi nasional yang amat berat dan penuh tantangan itu akhirnya dapat dicapai dengan baik. Inilah makna, nilai dan pelajaran terbesar kisah perjuangan pembebasan Irian Barat. Nilai dan idealisme ini pulalah yang harus kita hidupkan kembali dewasa ini, tentu dengan format dan konteks yang berbeda.
38 tahun telah kita lalui, ketika Sang Merah Putih sebagai satu-satunya bendera nasional dapat dikibarkan dengan megahnya di Irian Jaya pada tanggal 1 Mei 1963. Meskipun kami, para generasi penerus, amat bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan amat berterima kasih atas jasa, pengabdian dan perjuangan para pemimpin Republik dan para pejuang pembebasan Irian Barat, yang telah kembali mempersatukan wilayah Irian Jaya ke pangkuan Republik Indonesia, permasalahan Irian Barat masih tersisa dan masih kami hadapi dewasa ini. Tentu ini terutama merupakan tugas dan tanggung jawab generasi sekarang untuk mampu menyelesaikan permasalahan Irian Jaya ini dengan sebaik-baiknya. Kami sadar dan amat mengerti bahwa setiap generasi memiliki konteks sejarah dan tantangannya sendiri. Insya Allah tugas ini akan dapat kami emban dengan penuh keyakinan bahwa tugas ini merupakan kontrak kesetiaan dan pengabdian kami kepada negara dan bangsa.
Kita semua menyadari bahwa dalam lingkungan Indonesia yang makin maju dan modern, dalam alam dunia yang makin mengglobal dan menganut nilai-nilai yang bersifat universal, Irian Jaya dan saudara-saudara yang tinggal di bumi tercinta itu, juga makin mendambakan taburan keadilan, kebebasan, kehormatan dan kesejahteraan, sebagaimana layaknya saudara-saudara sebangsa dan setanah airnya yang telah menikmati kualitas kehidupan seperti itu. Oleh karena itu, atas dasar keniscayaan nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia, pemerintah dan segenap bangsa Indonesia akan berupaya keras untuk memajukan kehidupan masyarakat Irian Jaya, yang di samping semakin sejahtera, juga mendapatkan kehormatan, harga diri dan martabat kemanusiaannya, sebagai bagian dari keluarga besar Bangsa Indonesia. Kerangka dan kebijakan pemerintah yang bertumpu pada otonomi khusus percepatan pembangunan dan program kemanusiaan kiranya dapat diletakkan dalam konteks penyelesaian masalah Irian Jaya secara komprehensif dan permanen.
Semoga cita-cita dan upaya besar bangsa ini atas ridho Allah dapat terwujud, dan semoga semua jerih payah dan keringat perjuangan para pendiri republik, para pendahulu dan para pejuang Irian Barat dapat tertebus dengan hadirnya propinsi Irian Jaya yang makin maju, adil dan sejahtera sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai bersama.
Jakarta, 25 Januari 2001.
Menteri Koordinator
Bidang Politik, Sosial dan Keamanan
Republik Indonesia
Susilo Bambang Yudhoyono, MA
Menteri Koordinator
Bidang Politik, Sosial dan Keamanan
Republik Indonesia
Susilo Bambang Yudhoyono, MA
related post
Meluruskan Sejarah Irian Barat