Bung Karno Korban Perang Dingin USA vs USSR
mbah sghriwo
"Pilih Soekarno" atau "Pilih Musso", demikian inti daripada pidato Bung Karno yang dengan garang diudarakan melalui radio pada menjelang "Peristiwa Madiun" 1948. Soekarno yang mengetahui peristiwa "red drive proposal" yakni rapat pembasmian kaum pejuang komunis Republik Indonesia antara lain dihadiri oleh Bung Hatta bersama wakil Amerika Serikat yang membicarakan syarat bagi bantuan yang akan diberikan oleh pemerintah AS kepada pihak Indonesia. "Lenyapkan pejuang komunis!!" kata wakil AS, "maka akan kami bantu kemerdekaan Indonesia dengan jalan menekan Hindia-Belanda agar mau tunduk untuk mengadakan perundingan." Hindia-Belanda yang memiliki kekuatan militer lebih unggul daripada Republik Indonesia akan lebih ditekan oleh Pemerintah Amerika agar menghentikan operasi militernya yang sangat merugikan pihak Republik.
"Red Drive Proposal" yang diselenggarakan di Sarangan, Magetan, Jawa Timur, yang masih misterius itu konon kebenarannya 51% memang benar-benar terjadi. Namanya saja perundingan rahasia atau lebih tepatnya kongkalikong dalam usaha melenyapkan pejuang komunis yang berkiprah dalam masa perjuangan kemerdekaan RI pada 1945.
Rakyat Indonesia yang konon sampai ke gunung-gunung jika mendengar nama "Soekarno" disebutkan di hadapannya akan langsung bersidekap menghormat dan melepaskan tutup kepala kepada siapa saja yang mengucapkan nama tersebut di hadapannya langsung. Begitu hebatnya pemujaan dan penghormatan rakyat di gunung-gunung terhadap sosok Bung Karno sebagai seorang Satria-Dewa yang akan mengubah nasib anak-cucu mereka di kemudian hari. Maka sudah barangtentu dalam pidato radio yang dikumandangkan pada September 1948 itu yakni pilih Soekarno atau Musso jawaban rakyat di segenap penjuru adalah "pilih Soekarno". Dan dengan sendirinya Musso jatuh nasibnya berubah jadi seorang buronan dan musuh nomor satu. Baru di belakang hari kemudian Soekarno memang menyesali pidatonya itu yang hanya menurutkan kemauan pihak dan golongan tertentu. Cara Bung Karno menyesali atau menebus kesalahannya ialah dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi perkembangan Partai Komunis Indonesia yang dipimpin oleh generasi muda baru. Sedangkan pimpinan generasi tuanya kita semua sudah mengetahuinya ditembak mati oleh Jenderal Gatot Soebroto atas perintah langsung Mohammad Hatta sebagai Perdana Menteri RI pada waktu itu. Sebelas pimpinan tua PKI itu konon ditembak mati di Ngalian yang antara lain Amir Sjarifoeddin perdana menteri pertama Kabinet Parlementer Republik Indonesia berasal dari Partai Sosialis.
Dengan memberikan kesempatan berkembang seluas-luasnya bagi PKI sejak 1955 maka Bung Karno menyediakan dirinya sebagai target langsung pihak Amerika Serikat dalam suasana Perang Dingin antara kubu Amerika Serikat melawan kubu Uni Sovyet. Dan kejatuhan Bung Karno pada paska G30S adalah sesuai dengan skenario perang dingin dalam usaha pembasmian komunisme sejagat dan upaya mencegah efek domino terbentuknya negeri-negeri komunis yang mulai menjalar dari Republik Rakyat Tiongkok, Republik Demokratik Vietnam yang dalam kedudukan geografis tidak terlalu jauh dari posisi Republik Indonesia. Dan jika seandainya Indonesia menjadi negeri komunis maka sesuai teori domino maka Malaysia, Philipina, Thailand, Kamboja, dan Laos akan jadi negeri komunis semua yang tentu saja bayangan menggentarkan pihak AS.
Keberhasilan pihak Amerika menggulingkan Bung Karno baik secara langsung maupun melalui kaki tangannya di dalam negeri pada 1965 melalui drama "G30S" maka efek domino yang menakutkan di atas itu tidak akan pernah terjadi.
***
daftar kepustakaan:
2003 Suar Suroso, "Bung Karno Korban Perang Dingin." Hasta Mitra, Jakarta.
related post