Ramalan Sri Sultan
Agung raja Mataram
mbah subowo bin
sukaris
Sri Sultan Agung
(bertakhta di Mataram 1613-1645) pernah meluruk Batavia menggunakan pasukan darat berkekuatan 200 ribu jiwa.
Jejak-jejak pasukan darat Sultan Agung masih ada hingga kini di wilayah Kerawang, dan Klender-Bekasi. Wilayah tersebut pada masa itu dijadikan sebagai lumbung padi guna menyokong logistik
bagi pasukan Mataram yang mengepung Batavia.
Setahun berikutnya dalam
serangan kedua Sri Sultan Agung meluruk Batavia melalui jalur laut (1629).
Kekalahan Mataram
disebabkan kelemahan di sektor maritim, angkatan laut. Belanda jelas unggul di
laut, bangsa yang datang dari Eropa dan telah muncul dari balik Wulungga
(Afrika) itu jelas telah memiliki kekuatan unggul dalam hal kapal dan senjata.
Angkatan Laut Majapahit sendiri walau pernah beranjang sana hingga Madagaskar,
akan tetapi tidak pernah melewati Tanjung Harapan di selatan Benua Afrika.
Orang-orang Majapahit
menganggap mustahil melewati Selatan Wulungga di balik bumi, karena di sana tentu jurang yang
sangat dalam telah menanti untuk menelan siapa saja yang melewatinya. Bangsa
Belanda justru datang dari balik Bumi ujung Wulungga. Mereka memang unggul.
Dan kekuatan maritim
yang dimiliki selain kerajaan Majapahit tidak pernah ada lagi.
Dengan menguasai laut
Jawa dan Nusantara Belanda lebih cerdik lagi untuk mengetahui perkembangan
pasukan darat Mataram yang datang menyerbu. Bagaimana kekuatan mereka dan kapan
mereka akan menyerang. Benteng Batavia yang dipertahankan oleh ratusan prajurit
itu memang mampu menahan gempuran pasukan Jawa.
Bahkan pasukan Jawa
itu ditambah lagi dengan pasukan Sunda yang membantu kekuatan Mataram muncul dari
selatan Batavia.
Kelemahan karena tidak memiliki kekuatan di laut, jelas kerajaan Mataram Sultan Agung tertinggal
limaratus tahun dari kerajaan Kediri yang memiliki angkatan laut hingga mampu
menaklukan Jambi hingga Tidore pada abad keduabelas masehi (1100-an).
Sultan Agung walau
tidak sukses mengenyahkan Belanda (VOC) dari Batavia masih memiliki asa dengan
menujumkan:
Kelak di masa depan akan muncullah seorang raja Waliyullah bergelar Sang Prabu Herucakra bertakhta di kerajaan Sundarowang (Mataram) yang wilayah kekuasaannya meliputi Jawa-Madura, Patani (Semenanjung Melayu), dan Sriwijaya (Sumatera).
Tempo hari di masa perjuangan
mempertahankan proklamasi kemerdekaan 1945, upaya terakhir Van der Plas mengangkat
dirinya sebagai sang Prabu Herucakra.
Sayang sekali jelas
dia bukan muslim dan itu artinya dia bukan Waliyullah, maka wajar saja mengalami
kegagalan mempertahankan kolonialisme Belanda di Nusantara.
Republik Indonesia
berhasil mempertahankan kemerdekaan, dan terwujudlah kebenaran ramalan Sultan
Agung Adi Prabu Hanyokrokusumo di atas.
*****