Rakyat Papua Barat Ikut Berjuang Memasukkan Kembali Papua Barat ke dalam NKRI

Rakyat Papua Barat Ikut Berjuang
Memasukkan Kembali Papua Barat 
ke dalam Wilayah Kekuasaan R.I.

Pidato Bung Karno
Kota Baru - 4 Mei 1963*

 Tatkala saya di Ambon saya diberi gelar oleh rakyat Maluku, Pattimura Agung. Sekarang saya berada di daerah Irian Barat diberi gelar oleh rakyat Irian Barat, Maha Putera Irian Barat. Alasan-alasannya telah dikemukakan oleh Bapak Gubernur, diperkuat oleh Bapak Dr. Subandrio.
Saya mengucap banyak terimakasih kepada rakyat Irian Barat atas kehormatan yang dilimpahkan oleh rakyat Irian Barat kepadaku dengan memberi gelar kepadaku, satu gelar yang amat tinggi bagiku, yaitu Maha Putera Irian Barat.
Saudara-Saudara, saya datang di sini, dus sebelum pemberian gelar itu, sebagai Presiden Republik Indonesia, Pre­siden Republik Indonesia yang datang kepada satu wilayah Republik Indonesia. Tatkala kita memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, di dalam proklamasi kita itu termasuk seluruh tanah air kita. Kita menyatakan bebas merdeka, lepas dari tiap-tiap penjajahan seluruh tanah air kita. Dan apa yang dinamakan tanah air Indonesia? Yang dinamakan tanah air Indonesia ialah sege­nap wilayah yang dulu dijajah oleh pihak Belanda, yang dulu dinamakan Hindia Belanda, yang dulu dinamakan Nederlands Indië. Itulah wilayah Republik Indonesia. De­ngarkan benar kataku, itulah wilayah Republik Indonesia. Itu berarti bahwa sejak 17 Agustus 1945 Irian Barat telah masuk di dalam wilayah Republik Indonesia. Apa yang belum terjadi? Karena penjajahan Belanda di Irian Barat sesudah proklamasi itu masih berjalan terus, maka Irian Barat belum kembali termasuk di dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Sehingga kita punya perjuangan yang lalu ini ialah Saudara-Saudara perhatikan benar-benar, bukan memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia, tetapi memasukkan Irian Barat kembali ke dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Kesalahan ini masih kadang-kadang dibuat. Orang masih berkata, berjuang memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia. Tidak! Irian Barat sejak 17 Agustus 1945 sudah masuk di dalam wilayah Republik Indonesia. Orang kadang-kadang berkata, memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Ibu Pratiwi. Salah! Tidak! Irian Barat sejak daripada dulu sudah masuk di dalam wilayah Ibu Pratiwi. Yang belum terjadi, sebelum 1 Mei tiga hari yang lalu ialah Irian Barat masuk ke dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Sehingga saya minta kepada segenap khalayak ramai, bukan saja Irian Barat, tetapi seluruh Indonesia pun, selalu berkata, perjuangan kita yang lalu adalah memasukkan Irian Barat kembali ke dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia.
Dan syukur Alhamdulillah, 1 Mei, tiga hari yang lalu demikian itu telah terjadi. 1 Mei tepat, tatkala saya berada di tempat lain, saya mendapat laporan dari Bapak Dr. Su­bandrio, Wampa Irian Barat, Wampa untuk urusan Irian Barat, bahwa pada saat itu bendera UNTEA sudah turun, bendera Sang Merah Putih yang kita cintai telah dinaikkan sebagai bendera tunggal di Irian Barat. Sejak hari itu Irian Barat, menurut laporan Dr. Subandrio, sudah kembali ke dalam wilayah kekuasaan Republik. Sekarang saya datang di sini saya laporkan kepada segenap rakyat Indonesia dari Sabang sampai ke Merauke bahwa Irian Barat telah masuk ke dalam wilayah kekuasaan Republik. Kepada segenap rakyat Indonesia dari Sabang sampai ke Merauke, kepada segenap rakyat Indonesia yang 100 juta jumlahnya, saya laporkan sekarang ini dengan resmi Republik Indonesia sudah utuh kembali, yaitu, saya ulangi, kekuasaan antara Sabang dan Merauke.
Dan pantas pada saat sekarang ini Saudara-Saudara, kita sekalian memanjatkan terima kasih, suka syukur kita kepada Allah SWT, kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberkati perjuangan kita itu, sehingga perjuangan kita itu berhasil. Dan saya mengucap banyak terima kasih kepada rakyat Irian Barat. Bukan saja kepada rakyat  daerah Indonesia yang lain-lain, tetapi juga rakyat Irian Barat, yang sudah memperjuangkan dengan hasil baik, agar supaya Irian Barat itu masuk ke dalam wilayah kekuasaan Republik.
Saudara-Saudara mengetahui apa yang saya ucapkan di Ambon. Saudara mengetahui apa yang saya ucapkan di tempat lain-lain. Di Ambon saya diangkat menjadi Pattimura Agung. Di lain-lain tempat dikatakan, bahwa sayalah yang mengadakan kemerdekaan Indonesia ini. Ada yang mengatakan bahwa sayalah yang memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan Republik. Tidak, Saudara-Saudara, saya sekadar adalah penyambung lidah daripada rakyat Indonesia. Tanpa rakyat Indonesia saya tidak bisa berbuat apa-apa. Jikalau kita bisa memproklamirkan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, itu bukanlah perbuatan Soekarno saja, tetapi ialah perjuangan daripada seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai ke Merauke. Jikalau Irian Barat sejak tanggal 1 Mei yang lalu, 3 hari yang lalu telah masuk ke dalam wilayah kekuasaan Republik, itu pun ada­lah hasil daripada perjuangan rakyat. Dan terutama sekali hasil daripada rakyat Indonesia di Irian Barat pula.
Saudara telah mendengar Trikora, Tri Komando Rakyat yang telah saya komandokan 19 Desember 1961. Dan sebagai akibat daripada Trikora itu datanglah dari Sumatera, datanglah dari Jawa, datanglah dari Kalimantan, datanglah dari Sulawesi, datanglah dari Nusatenggara, datanglah dari pulau-pulau kecil daripada tanah air kita itu menyerbu Irian Barat untuk membebaskan Irian Barat daripada kolo­nialis­me Belanda. Tetapi Saudara-Saudara, apakah mereka akan berhasil, orang Jawa pejuang-pejuang yang datang di sini, orang Sumatera pejuang-pejuang yang datang di sini, orang Kalimantan pejuang-pejuang yang datang di sini, ­orang Sulawesi yang datang di sini pejuangnya, orang Bali yang datang di sini, orang Lombok yang datang di sini, orang Sumbawa yang datang di sini, orang dari pulau-pulau lain yang datang di sini untuk bergerilya di sini, apakah mereka akan berhasil jikalau rakyat Irian Barat sendiri tidak ikut berjuang?
Nah Saudara-Saudara, kita berhasil memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan Republik, oleh karena rakyat Irian Barat sendiri ikut berjuang, dan untuk itulah saya Saudara-Saudara, mengucapkan banyak-banyak terima kasih.
Kamu, he rakyat Irian Barat, telah ikut berjuang dengan sehebat-sehebatnya. Dan aku tahu bahwa kamu cinta kepada kemerdekaan. Aku tahu bahwa perjuangan ini adalah hasil perjuangan, hasil dari perjuangan pula daripada seluruh rakyat Indonesia. Tidak sebagai  dikatakan oleh orang-orang imperialis, dikatakan bahwa Irian Barat masuk ke dalam wilayah kekuasaan Republik, oleh karena Republik mencaplok Irian Barat! Oleh karena Republik merampas Irian Barat! Bahwa sebenarnya rakyat Irian Barat tidak senang kepada Republik! Apakah benar demikian Saudara-Saudara?! Tidak!!! (sahut hadlirin – red). Tidak!
Satu minggu yang lalu saya membaca satu artikel, tulisan seorang wartawan asing, mungkin ditulisnya itu dari sini Saudara-Saudara, mengatakan bahwa rakyat Irian Barat tidak senang kepada Republik Indonesia. Bahwa rakyat Irian Barat lebih senang kepada pihak Belanda. Apa benar demikian Saudara-Saudara?!
Tidak!!! (sahut hadlirin dengan gemuruh – red).
Tidak! He wartawan-wartawan asing, ketahuilah, ke­tahuilah, bahwa rakyat Irian Barat seluruhnya lebih cinta kepada Republik Indonesia, bahkan benci kepada pihak imperialisme Belanda!
Menulis semau-maunya, mengatakan Kotabaru, Hollandia menjadi indah oleh karena Belanda. Kotabaru, Hollandia menjadi  indah, oleh karena karunia Belanda, katanya.
Saudara-Saudara, saya mengenal hampir seluruh dunia, mengenal Europa, mengenal Amerika, mengenal Afika, mengenal Asia, saya sudah mengembara di mana-mana, dan saya dus bisa berkata, bahwa memang seluruh Indonesia dari Sabang sampai ke Merauke, adalah satu tanah air yang tercantik di seluruh dunia ini. Siapa yang membuat teluk yang cantik ini? Belandakah? Siapa yang membuat pulau yang cantik ini? Belandakah? Siapa yang membuat langit yang indah ini? Belandakah? (Hadlirin selalu menjawab: “Tidak!!!’ – red). Belanda sekadar memilih tempat ini karena cantik­nya, untuk kepentingan diri sendiri.
He rakyat Kotabaru, rakyat Irian Barat, apa rumahmu di puncak-puncak bukit itu yang indah-indah? Tidak! Rumahmu di pinggir pantai di mana nyamuk malaria bersimaharajalela. En toch wartawan asing itu mengatakan, Kotabaru indah, dan rakyat Irian Barat cinta kepada pihak Belanda. Salah sama sekali omongan yang demikian itu! Tidak! Kita dari sejak mulanya cinta kepada kemerdekaan. Kita sejak daripada mulanya ingin memerdekakan tanah air kita daripada imperialisme. Kita sejak daripada mulanya ingin mengibarkan bendera Sang Merah Putih itu antara Sabang dan Merauke.
Tapi Saudara-Saudara, sebagai dikatakan oleh pak Gubernur tadi memang benar bahwa perjuangan kita ini belum selesai. Jangan ada seorang Indonesia, baik dia dari Irian Barat, maupun dari Sumatera, maupun dari Jawa, maupun dari Kalimantan, maupun dari kepulauan lain yang mengira bahwa dengan masuknya Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan Republik, revolusi sudah selesai. Belum! Saudara-Saudara, belum jauh daripada itu!
Tatkala kita mengadakan proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 sebagai tanda permulaan revolusi hebat, pada waktu itu kita telah menentukan 3 tujuan daripada revolusi ini, tiga:
Pertama, ialah mendirikan Republik Indonesia, Repu­blik Kesatuan berwilayah kekuasaan antara Sabang dan Me­rauke. Oleh karena antara Sabang dan Meraukelah kita punya tanah air. Antara Sabang dan Meraukelah Ibu Pratiwi kita. Republik Kesatuan Indonesia yang kuat sentausa dari Sabang sampai Merauke.
Kedua, mengadakan di dalam Republik Indonesia itu satu masyarakat yang adil dan makmur, satu masyarakat yang tiap-tiap orang hidup bahagia, cukup sandang cukup pa­ngan. Mendapat perumahan yang baik. Tidak ada anak-anak sekolah yang tidak masuk sekolah. Pendek kata, satu masyarakat yang adil dan makmur, yang tiap-tiap manusia hidup bahagia di dalamnya.
Ketiga, menempatkan Republik Indonesia itu sebagai satu negara sahabat daripada semua negara-negara di dunia ini. Negara sahabat daripada semua bangsa-bangsa di dunia ini. Tetapi meskipun kita hendak bersahabat Saudara-Saudara, dengan semua negara di dunia, dengan semua bangsa di dunia ini, kita tidak mau bersahabat dengan kolonialisme. Kita tidak mau bersahabat dengan imperialisme. Jikalau masih ada sesuatu bangsa hendak mengkolonisir kita, hendak menjajah kita, hendak menjalankan imperialisme di atas tubuh kita, kita berjuang terus Saudara-Saudara, sampai tetes darah yang penghabisan. Kita akan berjuang terus sampai imperialisme dan kolonialisme lenyap sama sekali dari muka bumi ini.
Jikalau Saudara mendengar tiga tujuan daripada Revolusi kita itu, Saudara akan mengerti bahwa Revolusi kita belum selesai. Ya, wilayah kekuasaan Republik Indonesia sekarang sudah komplit dari Sabang sampai ke Merauke. Tetapi masuknya Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan Republik belum berarti bahwa negara Republik Kesatuan Indonesia sudah menjadi satu Republik yang kuat, kuat sentausa! Tidak! Belum, Saudara-Saudara, kita masih harus bekerja keras, berjuang keras, memeras kita punya tenaga, memeras kita punya keringat agar supaya negara Republik Indonesia yang kita cintai ini benar-benar menjadi negara yang kuat sentausa, dihormati oleh seluruh bangsa di dunia ini, supaya bendera Sang Merah Putih dihormati oleh seluruh ummat manusia di dunia ini yang jumlahnya 3000 juta manusia. Kita bukan kaum imperialis. Kita tidak mau mencaplok bangsa lain. Kita tidak mau mencaplok negara  lain. Kita tidak mau mencaplok negeri lain. Tidak! Kita selalu berkata, kita cinta kepada kemerdekaan. Itu saja ada­lah kita punya jiwa yang berdasar di dalam dasarnya kita punya roh Saudara-Saudara.
Di Ambon aku pun sudah jelas. Jikalau kita memberi bantuan kepada perjuangan rakyat Kalimantan Utara untuk mencapai kemerdekaan, bukan itu berarti bahwa kita hendak mencaplok Kalimantan Utara! Tidak! Kita bersimpati kepada perjuangan rakyat Kalimantan Utara, bersimpati kepada perjuangan rakyat Anggola, bersimpati kepada perjuangan rakyat Aljazair, bersimpati kepada semua bangsa di dunia ini untuk mencapai kemerdekaan.
Umpamanya, umpamanya, umpamanya, Saudara-Saudara, Amerika dijajah orang, bangsa Indonesia akan membantu Amerika untuk melepaskan diri daripada penjajahan. Umpamanya bangsa Australia dijajah oleh orang, oleh bangsa lain, bangsa Indonesia akan membantu bangsa Australia untuk membebaskan dirinya.
Saudara-Saudara, maka jelaslah, Revolusi kita belum selesai, apalagi tujuan yang kedua mengadakan masyarakat yang adil dan makmur, masyarakat yang tiada, kataku berulang-ulang, – exploitation de l’homme par l’homme. Exploitation de l’homme par l’homme artinya penghisapan oleh manusia kepada manusia. Kita mau mengadakan satu masyarakat yang adil dan makmur yang tiap-tiap orang hidup bahagia di dalamnya. Sekarang ini sudahkah kita mencapai masyarakat yang demikian Saudara-Saudara? Belum! Aku sebagai Presiden Republik Indonesia, aku sebagai Pemimpin Besar Revolusi, aku sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia, aku sebagai Pattimura Agung, aku sebagai Maha Putera Irian Barat, aku sendiri berkata, bahwa masyarakat kita sekarang ini belumlah masyarakat yang adil dan makmur. Maka oleh karena itu kita masih harus berjuang terus, bekerja keras, membanting tulang terus agar supaya masyarakat yang adil dan makmur itu lekas datang oleh usaha kita sendiri, Saudara-Saudara.
Nomor tiga, sebagai kukatakan tadi, kita mau bersahabat dengan bangsa-bangsa yang lain. Itu pun belum tercapai. Apa sebab?! Oleh karena masih banyak bangsa-bangsa memusuhi kita, oleh karena masih ada imperialisme dan neo-kolonialisme di dunia ini, oleh karena memang dunia sekarang ini belum dunia baru di mana semua manusia hidup, bersahabat, bersaudara, berdamping-dampingan satu sama lain. Tetapi ini adalah satu tujuan daripada Revolusi kita.
Maka oleh karena itu Saudara-Saudara, mari kita berjalan terus, mari kita berjalan terus! Sekarang secara geografis, secara wilayah, Republik Indonesia kekuasaannya sudah bulat sebagai yang dikehendaki pada tanggal 17 Agustus 1945. Marilah kita berjalan terus, berjuang terus, dan jikalau perlu berkorban terus. Sebab tiada maksud yang suci dan luhur bisa dicapai tanpa korbanan. Moga-moga Tuhan Yang Maha Esa memberkati usaha kita, perjuangan kita, perjalanan kita ini.
****

___________
*   Naskah ini sepenuhnya sesuai aslinya, kecuali diubah dalam ejaan baru, ed.

Subowo bin Sukaris
Hasta Mitra Updated at: 5:07 PM