Pramoedya Ananta Toer Mangir

Pramoedya Ananta Toer

Mangir

by Subowo bin Sukaris

Ki Ageng Mangir Wanabaya memiliki tombak ampuh Baruklinting untuk menahan serbuan Mataram yang dipimpin Sutowijoyo alias Panembahan Senopati. Sutowijoyo menegakkan untuk pertama kali kerajaan Mataram Islam. Sutowijoyo atau Panembahan Senopati pada 1575 berhasil menundukkan hampir sebagian besar Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur, kecuali satu daerah Mangir yang berjarak sehari perjalanan gerobak sapi. Mangir sejak jaman sebelum Panembahan Senopati berkuasa menjadi daerah bebas pajak karena jasa prajurit Mangir terhadap Majapahit sangat dihargai oleh penguasa Majapahit dengan menjadikan Mangir sebagai daerah otonom.
     Putri Pembayun sang putri cantik Panembahan Senopati turun ke bawah langsung untuk menembus pertahanan Mangir yang super ketat. Sang raja pun yang pada mulanya khawatir dengan keselamatan putri Pembayun pada akhirnya atas bujukan Ki Ageng Pemanahan agar menyetujui rencana tersebut.
    Putri Pembayun mempersiapkan diri dengan berlatih keras menjadi seorang penari keliling yang hidup berpindah-pindah tempat. Dengan perjalanan melingkar-lingkar jarak Mataran dan mangir mereka tempuh hampir sebulan untuk menghilangkan jejak rombongan penari yang diiringi oleh gamelan.
    Singkatnya Putri Pembayun yang cantik-jelita dan rupawan itu sukses dan mampu menjerat hati Ki Ageng Mangir yang usianya masih sangat muda. Para pimpinan pasukan Mangir yang sangat berpengalaman di medan pertempuran memperingatkan agar Ki Ageng Mangir tidak meneruskan niatnya keluar dari daerah Mangir untuk mengikuti Putri Pembayun karena bahaya dari Mataram selalu mengancam dirinya.
  Ki Ageng Mangir yang tahu bahwa Putri Pembayun adalah seorang putri Panembahan Senopati sendiri, akan tetapi kepala pasukan Mangir yang lain tidak tahu akan hal itu. Dengan mengandalkan tombak Baruklinting maka berangkatlah Ki Ageng Mangir hanya seorang diri ke pusat Mataram untuk bertemu sang Panembahan.
   Tombak Baruklinting yang dibawa Ki Ageng Mangir harus tetap berdiri tegak selama dibawa dalam perjalanan.
Rahasia tombak Baruklinting sudah berada di tangan Mataram.
   Sejak di depan istana Mataram gerbang-gerbang sudah diatur sedemikian rupa sehingga makin lama makin rendah saja. Tombak Baruklinting yang bertangkai sepanjang dua meter itu pun terus-menerus dipotong hingga akhirnya habislah tangkai tombak itu.
  Akhirnya sampai juga Ki Ageng Mangir di hadapan sang Panembahan Senopati yang menyambutnya dengan ramah.
"Mendekatlah anak muda, ke mari, berkat untuk dirimu," kata sang raja.
  Ki Ageng Mangir mendekati singgasana dan berjongkok menundukkan kepala.
    Tiba-tiba Panembahan Senopati secepat kilat mengangkat kepala itu dan membenturkan ke singgasana yang terbuat dari batu hingga kepala itu pecah.
   Saat ini ada sebuah makam aneh separoh makam berada di dalam komplek dan separoh lagi berada di luar pagar di pemakaman para raja di daerah Yogyakarta. Konon makam tersebut yang bersangkutan hanya mendapat pengakuan separoh sebagai anggota keluarga raja-raja Mataram.

****


Subowo bin Sukaris
Hasta Mitra Updated at: 4:32 PM