Tan Malaka makamnya di Selo Panggung

Makam Tan Malaka Selo Panggung


mbah subowo bin sukaris

Gunung Wilis beserta perbukitannya menjadi wilayah batas antara Kediri, Trenggalek, Madiun, dan Ponorogo. Sisi Timur Laut Wilis menjadi wilayah Kediri. Wilayah ini mungkin yang paling ramai dihuni penduduk mulai bagian lereng paling utara yaitu daerah Air terjun Sedudo, hingga lereng paling selatan wilayah Besuki.
   Wilayah Besuki lebih indah dari Puncak pas Bogor, tempat idaman villa pejabat ibukota. Antara pusat kota Kediri dan Besuki sudah dibangun jalan selebar enam meter mulus dan sepi. Berturut-turut kita melewati Pondok Pesantren Lirboyo, setelah melewati kec. Semen kita menjumpai komplek Gereja terbesar Asia Tenggara Poh Sarang. Desa Selo Panggung berada sesudah Gereja Poh Sarang ke arah sisi selatan. Ada bangunan baru sebuah hotel kecil berdiri di desa Selo Panggung.
    Selo Panggung artinya kira-kira wilayah berada di tempat ketinggian.
Tan Malaka
    Jalan raya mulus terus menanjak ke atas tidak terlalu curam. Hawa dingin sejuk dari lembah Wilis terasa hingga ke daerah Besuki. Jam 12.00 siang pun masih sangat sejuk, lebih sejuk dibandingkan puncak pas milik Bogor. Tak ada villa di daerah itu, pohon cemara di sana-sini. Di kiri kanan jalan penduduk menanam bunga Rosela, obat penurun tensi darah itu.
   Jalanan mulai sulit berkelok-kelok terdapat sekitar dua kilometer menjelang daerah Besuki.
   Di Besuki penduduk pada menanam strawberry dan lainnya. Di kota kecamatan Besuki ini jalanan ke Kediri terdapat dua alternatif jalan lama yang curam dan berkelok ke Mojo atau jalan baru yang mulus dan melalui Selo Panggung, konon tempat Tan Malaka 1947 ditembak oleh TNI semasa revolusi akibat ajang perebutan kekuasaan antar berbagai faksi militer. Tan Malaka tokoh paling berpengaruh pada Peristiwa Juli 1946. Beliau juga penerima testamen dari Bung Karno andai yang belakangan ini terjadi sesuatu hal hingga yang bersangkutan tidak dapat memimpin Republik Indonesia. Wasiat tersebut berubah di belakang hari, isinya: beberapa orang akan menggantikan seorang Bung Karno.
   Harry A. Poeze sang pemburu data sejarah termasyhur tentu dapat melengkapi risetnya selama bertahun-tahun yang dituangkan dalam buku terbaiknya mengenai Tan Malaka andaikata jasad sebenarnya tokoh ini berhasil diidentifikasi. Direktur Institut Kerajaan Belanda mengenai Bahasa, Sejarah, dan Kebudayaan (KITLV) tersebut sebelumnya masih bertolak dari hipotesis lama tempat terbunuhnya Tan Malaka yakni di desa Pagu, enam kilometer sebelah Timur Laut kota Kediri. Selo Panggung berada enam kilometer di Tenggara kota Kediri.
    Untuk menghormati tokoh kiri nama Tan Malaka hanya ada sebuah jalan kecil atau gang di Jakarta Selatan, tepatnya di belakang Kalibata Mall. 

**** 
Subowo bin Sukaris
Hasta Mitra Updated at: 4:49 PM