Pramoedya Jejak Langkah

Pramoedya Ananta Toer 

Jejak Langkah

by subowo bin sukaris

Apa bedanya Orde Baru dan pemerintah kolonial Hindia-Belanda dalam berbagai fragmen Jejak Langkah Pramoedya? Ada kesamaan yang bukan kebetulan akan tetapi kemampuan khusus Pramoedya yang mampu meneropong ke masa depan sejarah Nusantara.
    Siti Sundari aktivis yang segaris dengan Semaoen, dan Mas Marcokartodikromo (asisten khusus Redaksi Medan Prijaji yang dipimpin Minke itu) semuanya saja menyebarkan opini menghasut massa untuk menentang dominasi kekuasaan kolonial Hindia-Belanda. Mas Marco pernah sekali menulis tajuk yang ngawur sehingga membikin berang pemerintah kolonial - waktu itu Minke sedang dinas luar. 
    "Guoooooob.....!" seru Minke dengan pucat membaca tajuk Medan Prijaji.
    Di massa Orde Baru terjadi hal yang sangat persis seperti itu dengan munculnya aktivis pria dan wanita yang menentang Orde Baru dengan gaya yang sama. Adakah Jejak Langkah mengilhami strategi melawan penguasa atau bisa juga hanya diambil metodenya saja untuk menjadi orang pergerakan.
    Jejak Langkah diedarkan sekitar 1985, naskah ini ditulis semasa Pramoedya dalam kamp tahanan Pulau Buru 1969-1979. Artinya isi Jejak Langkah berdasarkan imajinasi murni daripada penulisnya sendiri, dan bukan hasil pendalaman mengenai situasi yang sebenarnya terjadi. Tapi itulah yang terjadi di masa Orde Baru. Represi dan suasana gerakan perjuangan kaum muda mirip dalam fragmen Siti Sundari yang mengumpulkan massa di dalam gedung wayang orang dan bergantian para pembicara satu demi satu tertib bergantian menyampaikan orasinya yang semua saja menentang pemerintah kolonial Belanda dengan tujuan membikin bangun dari tidur panjangnya anak-anak bangsa yang terbuai mimpi dalam struktur pemerintahan kolonial yang seolah abadi selamanya.
    Siti Sundari perawan yang sudah cukup umur untuk menikah dan berumah-tangga ini anak seorang aparat pemerintah berpangkat wedana di Jawa Tengah. Belanda yang halus dibandingkan Orde Baru melalui kepanjangan tangannya berusaha mempengaruhi sang ayah sehingga jabatannya menjadi taruhan dalam kemampuannya sebagai orang tua mengendalikan kegiatan anak gadisnya yang mendahului jamannya.
    Semaoen lain lagi karena dia seorang anak angkat Belanda totok. Jadi tidak mudah untuk mengendalikan kegiatannya yang sudah sampai pada memimpin kaum buruh transportasi kereta api. Di masa orde baru para pejuang muda dalam mendongkel kekuasaan Orde Baru mengumpulkan dan mempengaruhi massa para pekerja pabrik. Buruh pabrik swasta itu merupakan kekuatan proletar seperti dalam teori-teori marxisme sebagai massa kuli yang harus merebut alat produksi. Mereka tidak pernah berusaha merebut pabriknya sendiri akan tetapi rewel untuk minta kenaikan gaji atau mogok dengan tuntutan perbaikan nasib.
    Maklumlah sektor semacam buruh kereta api semasa orde baru sangatlah sulit untuk diorganisir dibandingkan buruh pabrik yang merupakan simbol proletar itu. Juga untuk mengadakan rapat terbuka di masa Orde Baru lebih sulit lagi dibandingkan di masa kekuasaan Belanda yang bisa dianggap cukup beradab. Aparat intel Orde Baru demikian canggihnya menjangkau hingga desa terpencil, mirip struktur intel Jepang yang kejam Kenpeitai. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa pemerintah kolonial Belanda lebih terbuka untuk pembaruan daripada pemerintah pendudukan Jepang maupun pemerintah Orde Baru. Wajarlah Belanda mampu berkuasa selama tiga setengah abad di Nusantara. Kolonialis Belanda harus menyerahkan kedaulatannya kepada Jepang karena terlibat peperangan sedangkan Orde Baru masih tetap tegak sampai detik ini hanya berubah julukannya menjadi Orde Reformasi yang wataknya sama saja. Bedanya sekarang orang bicara bebas dan menulis bebas asalkan mau bertanggung jawab atas perbuatan dan tulisan sendiri. Dan karena bebas berbicara dan menulis itulah sebagaimana watak aslinya orang Nusantara ialah tidak mau menerima pendapat orang lain alias ngotot terus menganggap dirinya yang paling benar. Itulah kelemahannya Pribumi yang baru belajar mengecap kebebasan mengeluarkan isi hati dan isi kepalanya.
****


Subowo bin Sukaris
Hasta Mitra Updated at: 5:06 AM