Rahasia Goa Selomangleng
mbah subowo bin sukaris
Julukan goa pertapaan Dewi Kilisuci adalah Selo Bale, artinya  kurang-lebih bangunan tempat tinggal. Goa inilah pusat perhatian di masa  pemerintahan Baginda Erlangga 1035-an sewaktu beliau memutuskan turun  takhta dan menjadi pertapa di lereng gunung Penanggungan. 
    Dalam kurun singkat beberapa  minggu pada1990-an siapa pun yang mengunjungi goa batu alami di  punggung gunung Klotok sebelah Timur segaris lurus dengan Goa  Selomangleng akan menjumpai seorang lelaki berusia delapan puluhan.  Tampilannya biasa saja seperti petani, ia tidak mengenakan apapun selain  celana panjang dan baju safari, pakaiannya itu pun tampak sudah tua.
    Lelaki itu berambut putih,  bertubuh langsing, wajahnya tampak berseri-seri. Ia tidak banyak bicara  kalau tidak ditanya. 
   "Bapak tinggal sendirian di sini sedang melakukan apa?"
    "Saya hanya menjaga tempat  ini atas perintah kraton Solo. Di sinilah tempat pertapaan Dewi Kilisuci  yang sebenarnya, dan bukan di Goa Mangleng di bawah sana, itu hanya  museum belaka," katanya penuh keyakinan. "Kami dari kraton Solo  menganggap leluhur kami berasal dari sini (dari Kediri, Jawa Timur)." Ia  tidak menjelaskan lebih lanjut mengapa tempat itu harus dijaga saat  ini. Ia mengalihkan pembicaraan pada bangunan di luar goa, tepatnya di  seberang jurang menganga di lubang goa berukuran empat kali lima meter  itu. Mengenai sedikit hipotesis mengenai misteri goa Selo Mangleng yang  belum pernah dipublikasikan baca tulisan kami yang lain di blog ini  berjudul, "Rahasia Kraton Sri Aji Joyoboyo".
    "Di tiga ceruk batu itulah  para prajurit kerajaan bertugas mengawasi tempat ini," ujarnya. Ia tidak  menjelaskan lebih lanjut.
    Memang samar-samar tampak dinding bukit batu tegak lurus  terdapat goa-goa kecil yang berukuran mini.
    "Tempat ini dulu tidak  seperti ini, Ada jalan penghubung antara penjaga di seberang dan goa  Selo Bale ini. Wilayah ini sekarang dikuasai pihak militer dan dijadikan  ajang latihan perang-perangan menggunakan amunisi sungguhan. Mortir  atau meriam biasa digunakan jika sedang masa latihan pada tahun 70-an.  Dan senapan serbu laras panjang tidak terhitung lagi jumlah pelurunya  yang berhamburan di sini."
    Memang benar semua itu, penduduk di kawasan ini  sudah  tahu hal itu dan menganggap sebagai hal biasa. Memang tidak ada unsur  kesengajaan dari militer untuk merusak situs itu, akan tetapi situs itu  secara tak langsung terkena dampak buruknya.
    "Goa Selo Bale inilah yang  benar-benar jadi tempat pertapaan putri Erlangga itu, bukan di Goa Selo  Mangleng, itu hanya museum semata-mata," ujar lelaki tua mengulangi apa  yang sudah dikatakannya belum beberapa bentar, kembali suaranya  terdengar mantap dan meyakinkan.
"Dulu tempat ini tidak sedalam ini, hanya sampai sebatas sini," katanya menunjuk lantai goa. "Orang-orang yang mencari harta-karun mencoba menggali dinding ini hingga bertambah sekitar setengah meter. Tampaknya tidak berhasil mendapatkan apapun."
"Sampai sekarang orang belum berhasil menemukan peninggalan heboh kerajaan Kediri. Mungkin berada di balik bukit ini!" katanya serius, sambil menunjuk suatu sudut punggung gunung. Jika kita berjalan melingkari bukit dan tiba di balik bukit itu memang terdapat air terjun kecil, Tretes. Dan di seberang sana sebelah selatan terdapat daerah dengan julukan Gemblung, bila orang berjalan di atas daerah itu seolah ada suara dari dasar tanah berbunyi "bung, bung, bung." Mungkin ada semacam ruang bawah tanah berukuran besar.
Di balik bukit sebelah timur terdapat sumber air suci Gunung Klotok, tempat itu terkenal dengan sebutan Sumber Loh, karena di hulu aliran air yang lumayan deras itu kebetulan terdapat sebatang pohon Lo berukuran raksasa, dan dari lobang-lobang di sekitar akar pohon itulah awal mula mata air yang terus memancar sepanjang masa, tak kenal musim, dan tak kenal jaman.
"Dulu tempat ini tidak sedalam ini, hanya sampai sebatas sini," katanya menunjuk lantai goa. "Orang-orang yang mencari harta-karun mencoba menggali dinding ini hingga bertambah sekitar setengah meter. Tampaknya tidak berhasil mendapatkan apapun."
"Sampai sekarang orang belum berhasil menemukan peninggalan heboh kerajaan Kediri. Mungkin berada di balik bukit ini!" katanya serius, sambil menunjuk suatu sudut punggung gunung. Jika kita berjalan melingkari bukit dan tiba di balik bukit itu memang terdapat air terjun kecil, Tretes. Dan di seberang sana sebelah selatan terdapat daerah dengan julukan Gemblung, bila orang berjalan di atas daerah itu seolah ada suara dari dasar tanah berbunyi "bung, bung, bung." Mungkin ada semacam ruang bawah tanah berukuran besar.
Di balik bukit sebelah timur terdapat sumber air suci Gunung Klotok, tempat itu terkenal dengan sebutan Sumber Loh, karena di hulu aliran air yang lumayan deras itu kebetulan terdapat sebatang pohon Lo berukuran raksasa, dan dari lobang-lobang di sekitar akar pohon itulah awal mula mata air yang terus memancar sepanjang masa, tak kenal musim, dan tak kenal jaman.
    Beberapa tahun kemudian jika orang tersasar atau sedang  mendaki gunung Klotok dan tiba di tempat itu akan menjumpai kembali goa  tersembunyi itu sunyi seperti sediakala. Tidak seorang pun berada di  sana. Sesunyi sebuah goa misteri yang lain di balik bukit yang sama  tempat itu disebut "Goa Kikik", arti harfiahnya kurang lebih goa mini.  Barangsiapa mencari goa yang satu itu akan kesulitan menemuinya karena  tiada bedanya dengan bongkahan batu biasa saja. Akan tetapi goa itu  memang asli pahatan tangan nenek-moyang di masa silam. Goa Kikik seperti  garis pertahanan lain dari arena perbukitan itu untuk memapak pendatang  dari jurusan barat laut yang sedang mengarah ke Goa Selo Bale.