Demo 2511 tuntut penista agama? --Tionghoa dan penyebar Islam

Demo 2511 tuntut penista agama? --Tionghoa dan penyebar Islam

mbah subowo bin sukaris

Kekhilafan Ahok sebandingkah dengan para penista agama pendahulunya dari belahan bumi lainnya a.l. sebut saja Salman Rusdhie dengan "Satanic Verses", dan karikaturis Denmark dengan karikatur Rasulullah SAW?
     Notabene kesalahan seorang Salman Rusdhie yang menulis buku tebal diganjar berat oleh Pemerintah Republik Islam Iran, dan yang lainnya dari benua biru Eropa tepatnya Denmark membuat karikatur Rasulullah sejumlah beberapa lembar dihujat dari seluruh belahan dunia.
     Kini 2016 seorang pejabat NKRI yang bernama Ahok yang notabene bukan muslim apalagi seorang ulama "berani" membuat komentar terhadap satu ayat Kitab Suci kaum Muslim.
    Memang para pihak sudah tahu betul reaksi berupa kemarahan besar dari massa penganut agama tertentu jika merasa agamanya dinistakan oleh siapapun.
     Ahok memang peranakan Tionghoa, demikian juga Raden Fattah, seorang peranakan Tionghoa, pendiri Demak, kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
     Sekilas mengenai penyebaran agama Islam di Indonesia memang dimotori oleh pedagang Gujarat. Akan tetapi Laksamana Cheng Ho (Ma San Pao -- San Pao Toalang -- Sam Po Kong) dari Tiongkok juga penyebar agama Islam yang luar biasa dan dilanjutkan oleh Walisongo dan penerusnya hingga detik ini.
     Laksamana Cheng Ho jelas Tionghoa totok yang beragama Islam. Ekspedisi Cheng Ho bahkan sampai ke daratan Afrika dan sempat ke Tanah Suci dengan konvoi laut terbesar dalam sejarah.
      Peran Cheng Ho di Nusantara, dengan dalih melindungi warga keturunan Tionghoa Laksamana Cheng Ho berhasil membuat wilayah Kerajaan Majapahit kocar-kacir melepaskan diri dari pusat istana Wilwatikta.
     Campa/Kamboja-Thailand, Melayu, Singapura/Tumasik, Palembang, Sumatera Barat, Kalimantan Barat (Puni), Sulawesi, Brunai, Sumbawa, Ternate dan Tidore, Mindanao, dan sebagainya ramai-ramai melepaskan diri dari Majapahit dan selanjutnya melalui Cheng Ho mereka berada di bawah lindungan Kekaisaran Tiongkok.
      Itulah sebabnya sejak kerajaan Islam Demak mulai dari Raden Fattah hingga Pati Unus, dan Sultan Trenggono hanya menguasai wilayah Jawa. Wilayah luar Jawa sudah berdiri sendiri melepaskan diri dari pusat Majapahit.

Menimbang kesalahan Ahok (BTP) sebandingkah dengan "hukuman mati" Salman Rushdie dengan "Satanic Verses" atau sebandingkah Ahok dengan kesalahan para karikaturis Denmark yang membuat karikatur nyata mengenai diri Rasulullah SAW?
      Salman Rusdhie menulis buku tebal "Satanic Verses", dan para karikaturis Denmark membuat beberapa karikatur berisi penghinaan Rasulullah. Akan tetapi Ahok yang keseleo lidahnya sadar maupun tak sadar, baik secara langsung maupun tak langsung telah membuat komen tentang satu ayat Kitab Suci Al-Qur'anul Karim. Dan Ahok tidak menyebutkan secara lengkap mengenai isi ayat tersebut.
     Sebuah komen yang diucapkan oleh pejabat tinggi NKRI memang menjadi masalah besar, ceritanya akan beda jika Ahok ini bukan pejabat tapi salah seorang pedagang Glodok, bukan?
    Ahok itu peranakan Tionghoa, demikian juga Raden Fattah peranakan Tionghoa, itu pendiri kerajaan Demak Islam pertama di Pulau Jawa.
      Kilas balik sebelum berdirinya Demak Islam sebagai berikut: Pasca keruntuhan Kerajaan Majapahit dengan berlayarnya Laksamana Cheng Ho ke Selatan yang mancal dari Shanghai membawa konvoi armada kapal terbesar dalam sejarah umat manusia. Kapal-kapalnya penuh dengan gemerlapnya harta-benda melimpah ruah. Telik sandinya sejak mulai dari Campa sudah membuat wakil Majapahit terakhir hengkang jauh ke pedalaman Asia.
     Kekaisaran Tiongkok pada abad kelimabelas masehi (1400-an) di bawah Dinasti Yonglie. Yonglie yang merasai bahaya mengancam segera saja menganugerahi Laksamana Cheng Ho yang terlalu cerdas itu sengaja membiarkannya pergi dengan bekal apapun yang dimintanya semata-mata agar manusia yang satu itu tidak "ngrecoki" jauh dari pusat kerajaan Tiongkok. Cheng Ho yang membawa misi menaklukkan Majapahit dengan mengibarkan panji Islam serta benar-benar menyebarkannya ke Selatan seantero Majapahit. Hingga akhirnya wilayah kerajaan majapahit di luar jawa satu persatu melindungkan diri di bawah Tiongkok. Pasai, Malaya, Singapura, Brunai, Puni (Kalimantan) Sulawesi, Ternate, Tidore, Sumbawa, Sumatera Barat, Palembang, Jambi dan sebagainya mulai melepaskan diri dari kekuasaan Wilwatikta.
      Kekaisaran Tiongkok tahu perkembangan kekaisaran Majapahit yang sedang menanggung akibat perang Paregreg, kala itu Majapahit sudah kehabisan cadangan negara, dan tidak berdaya lagi. Maka kekuatan Selatan itu pun tanpa daya walau hanya menghadapi Armada Kebesaran Tiongkok di bawah Laksamana Cheng Ho alias Ma San Pao, alias San Pao Toalang, alias Sam Po Kong. Manusia yang satu ini seorang kadim jelas tidak bisa dibujuk dengan wanita. Diberitakan ke segenap Man Yang (Laut Cina Selatan) armada kebesaran Tiongkok itu membawa perdamaian dan persahabatan. Dengan berpropaganda sebagai armada perdamaian maka kapal-kapal megah itu tidak membawa satu pucuk pun senjata. Walau demikian apa yang tampak di permukaan dan di belakang layar berbeda sama sekali. Kenyataannya terjadi penuh intrik serta terjadi peperangan intelijen antara Tiongkok melawan Majapahit.
       Misi Cheng Ho berujung dengan berdirinya Demak Islam yang berseberangan dengan Syiwa-Buddha Majapahit, mereka tidak sungkan mulai mengirimkan juru dakwahnya ke wilayah Majapahit dan ke segenap pelosok tanah Jawa. Dan hingga sekarang mereka dikenal sebagai Walisongo sebagai penyebar Islam teragung di Tanah Jawa.

*****

Subowo bin Sukaris
Hasta Mitra Updated at: 6:18 PM