Jaman terbalik Jayabaya versus Indonesia Mercusuar Dunia Soekarno

Jaman terbalik Jayabaya versus Indonesia Mercusuar Dunia Soekarno

mbah Subowo bin Sukaris

Pada 2013 ini "wolak-walik ing jaman" dalam konteks sebuah negara Nusantara ramalan raja Kediri Jayabaya tidak lagi "sudah semakin dekat", akan tetapi saat ini kita tengah memasuki "walik ing jaman" alias "jaman serba terbalik". Dalam kehidupan bernegara khususnya di seantero Nusantara ini dapat ditafsirkan secara bebas bahwa tiap negara yang berdiri tegak pada akhirnya akan jatuh, runtuh, dan hancur. Serbuan Sriwijaya terhadap Medang pada 1007 telah melahirkan kerajaan Kahuripan Erlangga. Demikian pula sejarah mencatat serbuan Arok terhadap Kediri pada 1222 telah melahirkan kerajaan Singosari. Jauh sebelum kedua peristiwa di atas perlu diingat serbuan Colamandala India ke Sumatera pada 1025 dalam kurun seratus tahun kemudian memaksa Jayabaya dan berikutnya Krtanegara menaklukkan wilayah Jambi guna membentengi bagian barat Nusantara. Demikian pula serbuan ke Nusantara yang dilakukan oleh balatentara 1000 kapal Tartar Kublai Khan dari bagian selatan Tiongkok telah meruntuhkan Kediri dan membangkitkan Majapahit, dan paling akhir ialah serbuan balatentara Dai Nippon ke Nusantara telah melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
      Wolak-walik ing jaman masa lalu negara-negara Nusantara memang terus menerus berlangsung sebagaimana beberapa contoh di atas ini, kini di masa modern telah berubah bentuk atau bermetamorfosa sesuai di jaman terbalik. Keruntuhan sebuah negeri di masa silam bisa terjadi  akibat serangan asing, akan tetapi metamorfosanya di jaman modern ini serbuan balatentara sebuah negeri terhadap negeri lain tidak selalu menggunakan kekuatan militer besar-besaran. Kekuatan semacam apakah itu? Sejenak kembali ke masa silam jaman negara Sriwijaya, berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa Nusantara di bagian barat itu jauh lebih unggul dari bangsa Asia lainnya. Dengan sendirinya arus ilmu pengetahuan dan teknologi mengalir dari selatan (Sriwijaya) ke arah utara yakni Campa, Siam, dan Tiongkok. Itulah yang sebenarnya patut disyukuri ada suatu masa keemasan bangsa ini. Sebaliknya yang terjadi di jaman modern abad keduapuluh satu ini ilmu dan teknologi, sekaligus barang-barang produksi terus menerus mengalir ke Selatan, ke negeri jamrud khatulistiwa ini. Serbuan berbagai bentuk kekuatan ekonomi dan barang produksi konsumtif dari negeri Eropa, Amerika, negara macan-macan-singa Asia itu semakin deras sejak Orde Baru membuka keran modal asing, dan rasa-rasanya apa yang terlanjur terjadi itu kini tidak mungkin dibendung lagi oleh segenap komponen negara dan bangsa. Pertanyaan yang timbul kemudian adalah sampai kapan bangsa-bangsa di Nusantara akan terus hidup di negeri tergantung? dan kapan bangsa ini mampu berdikari dalam segala bidang?
      Predikat tengah disandang NKRI sebagai negeri tergantung, bagi bangsa lain menaklukkan negeri semacam itu tidak diperlukan lagi upaya penaklukan Nusantara dengan serbuan kekuatan militer. Tanpa kekuatan militer pun atau hanya dengan kekuatan selain militer dari seluruh dunia sudah dapat menaklukkan dan membuat bertekuk lutut negara yang menyebut dirinya NKRI ini.
      Inilah masa tibanya wolak walik ing jaman Jayabaya alias kehancuran, kejatuhan, atau keruntuhan NKRI akan terjadi tanpa perlu seorang prajurit militer asing pun nongol meletuskan senjata di sini. Konon bagi yang peduli prediksi semacam itu dan lantas mereka menganggap segera harus diantisipasi dan dicari penangkalnya dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemenuhan barang konsumtif guna mampu mencukupi diri sendiri.
      NKRI sebagai mercusuar dunia cuma impian belaka tanpa mengubah NKRI yang masih menyandang label negeri tergantung ini. Negeri yang tergantung pada kekuatan modal asing sejak runtuhnya kekuasaan Soekarno ini tentu memupuskan prediksi Soekarno sendiri bahwa kelak "Indonesia bakal menjadi mercusuar dunia". Sebagai gambaran sederhana untuk melunaskan prediksi Presiden Soekarno itu agar Indonesia menjadi "mercusuar" dunia adalah menerapkan kembali ajaran Soekarno tanpa mengebiri unsur "kom" dalam konsepsi nasakom, dan unsur "sos" dalam konsepsi nasasos. Mudah bukan? Sehingga Nasakom dan Nasasos yang dikebiri tanpa buntut itu saat ini kekuatannya sama saja dengan konsepsi macan ompong alias tidak punya taring lagi.

******

Subowo bin Sukaris
Hasta Mitra Updated at: 7:29 AM