Satrio Piningit vs Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu

Satrio Piningit vs Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu


Pada abad kesebelas Sri Aji Joyoboyo meramalkan seorang pemimpin Nusantara terbijak (Ratu Adil) yang selanjutnya selama berabad ditunggu oleh rakyat yang mengharapkan mimpinya tentang kehidupan adil makmur menjadi kenyataan. Harapan munculnya sang ratu adil semakin menjadi-jadi, terutama sejak bangsa Barat memerintah wilayah Nusantara yang menyengsarakan Pribumi. Mimpi rakyat selama berabad itu akan terwujud hanya dengan hadirnya sang pemimpin atau tokoh yang disebut "Ratu Adil" yang memerintah negeri dengan adil dan bijaksana sesuai keinginan rakyat banyak. Menanggapi sosok Ratu Adil itu tidak kurang dilakukan studi oleh para sarjana totok  Belanda yang ahli mengenai pribumi Hindia-Belanda, dan mereka telah merumuskan, menganggap, dan menyimpulkan secara ilmiah bahwa "Ratu Adil" itu cuma mitos dan merupakan suatu statemen budaya yang turun-temurun yang selalu dimunculkan kembali kapan saja oleh rakyat jelata yang merasa tidak mendapatkan kemakmuran dan keadilan dari negara mereka sendiri.
       Para sarjana Belanda yang ahli mengenai masalah budaya Hindia-Belanda itu sudah seharusnya berpendapat demikian, bahwa ratu adil hanyalah mitos belaka tentu bukan tanpa alasan tersembunyi. Dan satu-satunya alasan paling kuat ialah bahwa cuma bangsa Belanda dan pemerintah Hindia-Belanda sendiri yang mutlak dan berhak menjadi atau menyandangkan gelar bagi dirinya sendiri sebagai sang Ratu Adil. Sedangkan pemimpin pribumi dengan kerajaan Pribumi tidak boleh berkesempatan lagi memiliki pemimpin dan negara sendiri sebagai "Ratu Adil" bagi rakyat Nusantara.
       Ramalan Joyoboyo mengenai sosok satria piningit atau satrio piningit yang dimaksud di sini adalah ratu adil itu sungguh luar biasa dan hanya terjadi di jaman yang luar biasa, dan rasanya itu hanya bisa terjadi puluhan atau ratusan tahun kelak di masa depan, akan tetapi bisa juga dapat terjadi dalam waktu dekat asalkan memenuhi syarat sejarahnya. Di samping itu juga dengan dasar perkembangan sejarah maka ratu adil Joyoboyo itu tidak harus berarti mengarah pada sosok seorang manusia pemimpin. Ratu Adil itu bisa saja berarti sistem pemerintahan republik Nusantara, yang memiliki hukum tertulis, dan peraturan-peraturan ketatanegaraan yang sempurna. Dan tentu saja negara Nusantara yang demikian sempurna dengan sistem pemerintahan apapun itu misalnya: sistem sosialis kerakyatan, sistem pancasila, atau sistem apapun yang akan menjadi "Ratu Adil" jika para pemimpinnya benar-benar menjalankan negara dengan benar, adil, dan bijak -- sesuai dengan niat dan tujuan pendirian negara yang termaktub dalam undang-undang dasar dan berbagai peraturan tambahannya.
       Jika Joyoboyo meramalkan Ratu Adil sebagai sebuah sistem kenegaraan di samping sosok pemimpin luar biasa di masa depan, maka Ronggowarsito sang pewaris Joyoboyo lebih jauh lagi meramalkan langsung person pemimpin Nusantara yang akan berturut-turut memimpin negara tersebut sebanyak tujuh Satrio Piningit. Enam satrio piningit telah berturut-turut memerintah, sehingga tersisa satu lagi yakni satrio piningit ketujuh "Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu".
       "Satrio Piningit" Ratu Adil Joyoboyo hanya akan tampil dalam keadaan darurat "bencana besar, militer global, dan sebagainya" di Nusantara. Sedangkan Satrio piningit ketujuh Ronggowarsito "Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu" dapat tampil kapan saja tanpa menunggu perubahan jaman atau keadaan darurat apapun. Siapapun yang tampil memimpin Nusantara dan sebagai "Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu" pada beberapa tahun mendatang sesuai dengan gelar yang disandangnya akan berupaya mengubah negara Nusantara yang carut-marut atau "cuma begini saja" menjadi negara "Ratu Adil" yakni benar-benar terwujud rasa keadilan dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dan di samping itu juga tentu saja Satrio pinandito sinisihan wahyu tersebut seyogianya mampu bertindak tegas menghukum pihak yang merupakan sumbernya bagi yang menyengsarakan hidup rakyat termasuk merebut dominasi modal asing menjadi dominasi modal negara, dan juga menghukum mereka yang melakukan makar, tindakan subversif dengan motif ekonomi yakni mengkorup uang negara dan sebagainya yang berupa daftar panjang seterusnya. Singkatnya ialah Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu seyogianya menegakkan panji, "Asesanti Trisula Weda Joyoboyo" alias menegakkan panji, "Trisakti Bung Karno."
***


Subowo bin Sukaris
Hasta Mitra Updated at: 12:03 PM