Ramalan Joyoboyo Kumpulan

Ramalan Joyoboyo bencana alam Nusantara

1 
mbah subowo bin sukaris

Perkembangan sejarah Jawa dan Nusantara di masa depan sudah diprediksi dalam bentuk syair ramalan yang mendahului jamannya oleh seorang nujum abad kesebelas, Joyoboyo.

polahe wong Jawa kaya gabah diinteri
endi sing bener endi sing sejati
para tapa padha ora wani
padha wedi ngajarake piwulang adi
salah-salah anemani pati
           
banjir bandang ana ngendi-endi
gunung njeblug tan anjarwani, tan angimpeni
gehtinge kepathi-pati marang pandhita kang oleh pati geni
marga wedi kapiyak wadine sapa sira sing sayekti

      Sejak dulu pulau Jawa yang bisa juga berarti Nusantara memiliki alam yang subur, melimpah bahan tambang di dalam perut bumi, penduduk yang melimpah pada suatu hari akan menghadapi bencana terus-menerus antara lain berupa banjir bandang, letusan gunung berapi. Penyebaran penduduk dari pulau Jawa ke wilayah Nusantara yang sangat pesat berlangsung sejak bangsa kulit putih berkuasa di Nusantara yang membutuhkan tenaga manusia untuk membuka daerah baru antara lain untuk perkebunan sawit, kopi, rempah-rempah. Juga sebagai tenaga administratif pemerintah kolonial maupun sebagai anggota pasukan militer asing.
    Bencana alam memang sesuatu yang lumrah bagi alam yang juga memiliki daya hidup dan terikat dengan hukum ilmiah maupun gaib. Alam jengah dengan segala macam ulah manusia yang berhasil mencapai puncak tertinggi dalam bidang ilmu dan teknologi sehingga memanfaatkan alam dengan efisien dan intensif, akan tetapi sayangnya hanya untuk memuaskan kepentingan manusia sendiri tanpa pernah menghormati sang alam.
    Masa depan yang digambarkan dengan kehidupan orang Jawa yang bekerja dan hidup berputar-putar saja dalam tampah. Tampah adalah wadah dari anyaman bambu berbentuk datar bulat berdiameter 66 cm. Tampah bisa digunakan untuk memisahkan beras dan kulit padi maupun padi dengan tangkai padi. Caranya dengan memutar wadah itu berlawanan arah jarum jam maupun sebaliknya. Jika berlawanan arah jarum jam gunanya untuk mengumpulkan benda yang lebih ringan tepat di tengah. Dan jika searah jarum jam gunanya untuk memisahkan benda yang ringan ke bagian pinggir tampah.
    Maka orang Jawa/Nusantara selalu bertebaran ke segala arah merantau dan dalam perantauan justru berdesak-desakan akibat terbatasnya ruang hidup. Akan tetapi suatu kali pada hari raya mereka kembali ke tanah leluhurnya. Dan begitulah seterusnya gerakan tersebut persis dengan beras atau padi yang sedang diinteri dalam tampah agar dapat terkumpul mana yang asli beras/pada dan mana yang benar dedak/kulit padi.
    Pada jaman orde baru penyeragaman berpikir sesuai definisi yang dipaksakan penguasa terjadi mulai dari anak sekolah dasar hingga para akademisi bergelar doktor. Tak seorang pun mendendangkan irama lain, para alim ulama, biksu, pendeta, dan pertapa atau paranormal pun sama saja tidak berani mengungkapkan "piwulang adi" atau ajaran atau ilmu yang sebenar-benarnya. Karena orde baru tidak segan-segan membunuh atau memenjarakan barang siapa pun yang mengusik keamanan dan ketertiban bertindak maupun berpikir berbeda dengan penguasa baik langsung maupun tidak langsung. Jumlah korban orde baru berlipat kali lipat jumlah korban penduduk setempat dalam perang Vietnam ditambah perang Korea.
    Saat ini masa pemerintahan SBY terjadi "banjir bandang ana ngendi-endi......" gunung meletus tanpa dapat diduga sebelumnya, bahkan tanpa petunjuk apapun dalam eksakta maupun dalam impian. Juga di jaman SBY para organisasi massa begitu membenci aliran-aliran kebathinan yang menjalani laku "pati geni" alias ngelmu dengan berbagai cara antara lain puasa berlebihan tanpa batas waktu. Ormas tersebut bertindak sesuai pesan sponsor, sang sponsor takut jatidirinya yang kelam terbongkar belangnya di masa orde baru "marga wedi kapiyak wadine sapa sira sing sayekti". Pemerintahan SBY bukan sumber sebab-akibat bencana alam sekarang ini akan tetapi orde baru lah dan semua yang masih menggendong watak kekuasaannya biang keladi semua ini (juga lumpur Lapindo) -- sesuai syair Joyoboyo tersebut.
    Para ilmuwan kolonial yang memboyong ke negerinya dan selanjutnya belajar dari kitab-kitab kuno warisan para leluhur Nusantara memang merumuskan bahwa kekalahan berabad bangsa Nusantara membikin orang Jawa menjalani laku siksa dan derita guna memperoleh kekuatan dan kesaktian. Sayang sekali syarat sejarah tidaklah selengkap dan sebebas sebelum kedatangan kaum kolonialis kulit putih, yaitu semasa Majapahit, Mataram, Demak, Kediri, Singosari, Sriwijaya, dan seterusnya. Sehingga segala ngelmu, derita, dan siksa yang dilakukan itu selalu membentur tembok tebal akibat beralihnya kitab-kitab kuno itu menjadi milik bangsa asing.


****

 Ramalan Joyoboyo "perang dunia ketiga"

2

Kelak akan ada perang besar melanda bumi manusia. Terjadi di belahan bumi Timur, Barat, Selatan dan Utara. Banyak orang yang baik semakin sengsara. Orang jahat semakin tambah senang. Tatkala itulah berbagai syair kuno ramai-ramai dikumandangkan oleh para alim ulama, biksu, dan pendeta.
    Penguasa negara adidaya saling berembug memilih negara mana yang hendak mereka caplok. Hore! Hore! Orang kulit berwarna tinggal bersisa separo. Orang kulit putih dan orang kulit kuning tinggal bersisa sepasang.......
(abad kesebelas, Joyoboyo)

Hingga saat ini Republik Rakyat Tiongkok tetap teguh terus mengibarkan tinggi-tinggi panji Marxisme-Leninisme dan konsekuen menjalankan kediktaturan proletariat dalam menjalankan sistem komunis pada garis yang benar sesuai perkembangan sejarah perjuangan kelas yang maju terus pantang mundur. Hasilnya berupa kemakmuran dalam ekonomi, dan kemajuan ilmu pengetahuan di Tiongkok telah mampu membuka mata lebar-lebar bagi dunia luar dan dengan demikian membuktikan bahwa marxisme semakin berkembang maju. Dan selama Tiongkok mempertahankan diktatur proletariat yakni partai tunggal kelas pekerja tetap memegang kekuasaan politik tertinggi maka kehancuran sistem komunis tidak akan pernah terjadi di Tiongkok....
    Di sisi dunia lain terdapat adidaya dunia nomor satu, Amerika Serikat, sebuah negeri yang sangat antikomunis sampai ke ubun-ubun. Mereka menjalankan sistem ekonomi kapitalis dan menjalankan sistem liberalisme di segala bidang. Dan seluruh dunia mengakui betapa majunya teknologi Amerika Serikat di bidang persenjataan, ruang angkasa, teknologi informasi dan sebagainya. Dunia juga mengakui keperkasaan ekonomi Amerika Serikat. Negeri kapitalis Amerika Serikat ini terus-menerus menggunakan kekuatan militer dan kekuatan ekonomi mereka untuk mempertahankan pengaruh dan pamornya terhadap negara-negara lain di dunia.
    Sejak kemenangan sekutu dalam perang dunia kedua dan Amerika sebagai salah satu pemenangnya selalu mencampuri urusan dalam negeri negara lain dan terutama sekali jika negara tersebut terindikasi akan jatuh ke dalam pelukan komunisme maupun Islam fundamentalis.
    Amerika Serikat terus-menerus dan selamanya tetap antikomunis dan anti-Islam fundamentalis. Amerika Serikat yang memiliki mesin perang terhebat di muka bumi ini juga sangat senang sekali berperang atau memerangi negara lain yang ingin berdikari di bidang politik, kebudayaan, dan ekonomi. Sudah barang tentu negeri sosialis semacam Korea Utara dan negeri Syiah Islam fundamentalis Iran adalah sasaran tembak bagi Amerika Serikat begitu ada peluang dan kesempatan untuk menyerang dengan kekuatan militer.
    Dua kekuatan, dua musuh bebuyutan dalam ideologi yang saling bertentangan dan tidak mungkin ada kompromi apapun itu suatu hari kelak akan saling mengalahkan satu sama lain dan satu-satunya muara atau jalan keluar menyelesaikan dua kekuatan yang berlawanan secara historis ialah bertempur di medan perang.
    Ramalan Joyoboyo dari abad kesebelas yang berhubungan erat dengan terjadinya perang besar atau perang dunia ketiga adalah sebagai berikut:

Besuk yen ana peperangan.
Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor.
Akeh wong becik saya sengsara.
Wong jahat saya seneng.
Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul.
      Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi.
      Hore! Hore!
       Wong Jawa kari separo.
       Landa-Cina kari sejodho.
****

 Ramalan Joyoboyo "wolak-walik ing jaman -- Jongko Joyoboyo"

3

Abad kesebelas masehi seorang raja sekaligus nujum dari Jawa bagian Timur merumuskan "Jongko Joyoboyo" atau "jaman Joyoboyo"  yang akan terjadi pada masa depan. Tanda-tanda datangnya Jangka/Jongko Joyoboyo tersebut sudah dekat ialah jika pada suatu masa, "terdapat kereta yang bisa berjalan tanpa kuda atau kendaraan bermesin", "pulau Jawa berkalung besi atau rel kereta api", "manusia berhasil menciptakan kapal yang terbang di udara atau pesawat", "terdapat jembatan tanpa ada sungai di bawahnya atau jembatan layang", "tidak ada tawar-menawar di pasar swalayan, sehingga sunyi-sepi sekali".
Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran.
Tanah Jawa kalungan wesi.
Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang.
Kali ilang kedhunge.
Pasar ilang kumandhang.
Iku tandha yen tekane jaman Jayabaya wis cedhak.
    Masa berlangsung Jongko Joyoboyo terjadi hampir berbarengan atau sebelum datangnya masa "Wolak-walik ing jaman" atau "jaman yang terbolak-balik". Tanda-tanda manusia  bakal menemui wolak-walik ing jaman iala jika suatu masa, "bumi terasa makin sempit saja akibat penduduk terus bertambah", "setiap jengkal tanah kena pajak", "manusia jadi kuda penarik beban dan bahan bakarnya nasi pecel", "kaum hawa mengenakan pakaian pria". 
Bumi sangsaya suwe sangsaya mengkeret.
Sakilan bumi dipajeki.
Jaran doyan mangan sambel.
Wong wadon nganggo panganggo lanang.
Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-walike jaman.
    Wolak-walik ing jaman dan jongko Joyoboyo berlaku secara matematis yakni selalu dimulai pada angka tahun khusus yang tidak bisa dibolak-balik atau jika diwolak-walik akan sama saja jumlah angka hasilnya periodisasi berulang tiap seratus  satu tahun yakni jatuhnya pada tahun kembar dua digit dan dimulai sejak abad kedua belas - seratus tahun sejak masa kehidupan sang nujum itu sendiri hidup di abad kesebelas. "wolak-walik ing jaman" berupa peristiwa besar yang terjadi pada abad keduabelas dalam "jongko Joyoboyo" di tahun kembar pertama jatuh pada 1212 yakni peristiwa besar tampilnya seorang rakyat jelata bernama Arok mulai memimpin pasukan untuk menyerang Akuwu Tumapel, Tunggul Ametung. dan juga kerajaan Kediri. Dalam sejarah peristiwa di abad keduabelas itu merupakan kudeta pertama di Nusantara. Arok kelak marak sebagai seorang raja bergelar Sri Rajasa dan sebagai pendiri dinasti Majapahit.
    Jongko Joyoboyo di tahun kembar kedua 1313 wolak-walik ing jaman yang besar ialah terjadinya peristiwa serangan pasukan Majapahit yang dipimpin Gajahmada terhadap para sahabat Raden Wijaya yang memberontak terhadap Majapahit tatkala Raden Wijaya wafat dan digantikan oleh Kala Gemet. Gajahmada kelak marak sebagai mahapatih Majapahit.
    Tahun kembar ketiga 1414 Majapahit dilanda perang paregreg, musuh-musuh Majapahit dibantu oleh Cheng Ho yang mendarat dari kapal-kapal mewah berangkat dari Tiongkok tiba pertama kali di Jawa di wilayah Semarang. Cheng Ho juga menyebarkan Islam, mengakibatkan semakin cepat Majapahit yang beragama Hindu-Buddha meluncur menuju masa keruntuhannya. Dan mulailah berdiri kerajaan Islam pertama di Jawa yakni Demak.
    Tahun kembar keempat 1515 terjadi kedatangan bangsa Portugis dan berhasil berkuasa di Malaka, mereka mulai bersiap-siap menyerang pulau Jawa. Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Pangeran Sabrang Lor atau Patiunus yang berusaha mengusir Portugis dari Malaka dengan mengirimkan armada kapal perang gabungan Demak-Majapahit-Banten-Aceh ke wilayah yang diduduki oleh Portugis di Selat Malaka yang sangat strategis jalur laut penting kapal yang menuju wilayah Nusantara. Armada gabungan tersebut gagal merebut Malaka dari tangan Portugis yang lebih unggul dari segi teknologi kapal dan persenjataan di kapal.
    Tahun kembar kelima 1616 baru beberapa tahun marak sebagai raja, Sultan Agung ing Ngalogo dari kerajaan Mataram  mulai menyusun pasukan dan kekuatan militer lainnya untuk mengusir Belanda dari wilayah Batavia. Serangan Mataran terhadap Batavia 1628-1629 tidak berhasil mengusir Belanda dari Batavia. Sultan Agung sudah mengerahkan semua kekuatan pasukan darat dan lautnya kira-kira duaratus ribu pasukan.
    Tahun kembar keenam 1717 terjadi peristiwa Untung Suropati yang terus bertahan terhadap serangan Belanda hingga akhirnya Untung Suropati tewas di benteng pertahanannya di daerah Bangil. Perjuangan pasukan Untung Suropati terus dilanjutkan dengan menggabungkan diri bersama pasukan dari Surabaya dan bersama-sama menahan pasukan penakluk Belanda yang datang dari wilayah Mataram Jawa Tengah. Belanda tetap unggul karena lebih unggul dalam hal persenjataan dan strategi perangnya.
    Tahun kembar ketujuh 1818, perang Jawa meletus, seorang pangeran Diponegoro memimpin perlawanan terhadap Belanda. Belanda memang sedang mengadakan serangan penaklukan di seantero penjuru Nusantara dalam rangka menyatukan wilayah Nusantara yang tunduk takluk pada pemerintah Hindia Belanda yang sedang berusaha untuk memenuhi kebutuhan berbagai macam produk yang sangat dibutuhkan di pasar Eropa.
    Tahun kembar kedelapan 1919 terjadilah revolusi Oktober di Rusia dan untuk pertama kalinya berdiri sebuah negeri sosialis yang berideologi marxist-leninis/ komunis. Di Hindia Belanda Baars, Snevliet adalah yang pertama memperkenalkan ajaran sosialisme atau marxisme dan mendirikan ISDV pada sekitar tahun kembar tersebut. Muara daripada ISDV adalah Partai Kamunis Indonesia yang hanya dalam dua tahun sejak berdiri mampu mengorganisir pemberontakan di Sumatera Timur yang banyak terdapat perkebunan luas milik swasta dan pemerintah Hindia Belanda.
    Jongko Joyoboyo yang paling dekat dari 2010 saat ini  adalah yang akan dimulai pada tahun kembar kesembilan 2020. Tekone wolak-walik ing jaman dan tekone jaman Joyoboyo atau jongko Joyoboyo sudah lengkap segala sesuatu yang menjadi pertandanya. Tanda-tanda yang disebutkan di awal tulisan ini sudah lunas dan lengkap terbukti semuanya. Maka yang seharusnya bakal terjadi ialah peristiwa besar paling dahsyat atau stadium tingkat lanjut pada masa kesembilan Jongko Joyoboyo di masa wolak-walik ing jaman kali ini.
    Peristiwa besar di tahun kembar mendatang adalah berhentinya wolak-walik ing jaman, atau terhentinya jaman terbalik-balik menjadi jaman baru, perubahan itu dapat terjadi setelah terjadi sesuatu peristiwa Yang Maha Besar.
    Ada pun skenario lainnya yakni terus bersinambungnya  Jongko Joyoboyo menuju masa kesepuluh, dan itu berarti terus berlanjutnya masa "wolak-walik ing jaman" untuk seratus tahun mendatang. Dan itu artinya  penderitaan manusia golongan tertentu di jaman terbalik-balik dan membingungkan akan berlanjut terus. 

****

Ramalan Joyoboyo "jaman edan"

4

Revolusi industri pertama kali di dunia pada abad 18 berlangsung di Inggris telah mengubah dunia memasuki kurun jaman edan, sebagaimana diramalkan oleh Raja Kediri, Sri Aji Joyoboyo pada abad kesebelas sesudah masehi. Mesin uap, tenaga listrik, mobil, pesawat dan sebagainya mulai berhasil ditemukan umat manusia. Semua mesin-mesin itu mampu bergerak sendiri dan menghasilkan tenaga segila-gilanya tak mengenal lelah. Kemajuan teknologi sejak abad 18 itu tak dapat terbendung lagi yang puncaknya pada 1980-an komputer pribadi mulai dikembangkan di Amerika Serikat, pengembangan terus-menerus prosesor mikro menghasilkan berbagai perangkat mini yang praktis antara lain telepon seluler dan komputer tenteng dan jinjing. Kemajuan lain di bidang senjata puncaknya berupa peluru kendali berproyektil nuklir yang dapat menjangkau jarak separoh planet bumi. Kemajuan teknologi ruang angkasa ialah suksesnya pendaratan wahana manusia di planet Mars dan keberhasilan manusia menjejakkan kaki di bulan.
    Jaman edan terdiri dari bagian yang bagaikan dua sisi  mata uang, sisi yang satu yakni jaman luar biasa, jaman modern dan sisi lainnya ialah jaman gila. Manusia berjingkrak jingkrak dan bertingkah gila menjadi tontonan di media layar kaca dan di atas panggung dengan imbalan besar, di pihak lain para sponsor dari perusahaan besar membiayai semua yang edan-edan itu dengan imbalan iklan bagi produk yang mereka hasilkan agar semakin dibeli banyak orang.
     Jaman luar biasa atau jaman modern yang menghasilkan kemajuan di bidang komunikasi ialah telepon seluler, di mana-mana orang bicara sendirian, tertawa sendirian, dan kadang-kadang teriak sendirian padahal di seberang sana tidak terdengar suara sahutan dari pesawat yang dipergunakannya.
    Peperangan antarnegara, maraknya kiprah para teroris atau pejuang dan berbagai kejahatan semakin aneh-aneh saja: membuang bayi, mutilasi, mabuk narkotika dan zat adiktif, dan sebagainya. Juga cara berpakaian kaum lelaki memakai perhiasan kaum wanita contohnya pakai anting-anting, atau wanita pakai celana laki-laki dan seterusnya. Juga kaum wanita kini berkat emansipasi telah berhasil menduduki jabatan tinggi di segala bidang sehingga menggeser peran pria yang berakibat semakin kehilangan peluangnya dalam dunia kerja.
     Kemajuan teknologi pada suatu ketika akan mencapai titik kenyang sebagaimana Marx memprediksinya, "kapitalisme sedang menggali lubang kuburnya sendiri." Untuk mengelakkan kehancuran maka solusi yang biasanya digunakan ialah meletuskan perang dunia agar industri senjata dapat bergiat kembali. Untuk saat sekarang Amerika Serikat menciptakan tokoh teroris dan selanjutnya menjadi target buruannya, semua itu demi terus jayanya roda perkembangan kapital milik mereka.
    Sejak negeri sosialis pertama di dunia Sovyet Uni berdiri melalui Revolusi Oktober 1917, maka negeri kapitalis diam-diam bekerja sama dengan fasis Jerman Hitler untuk membendung kemajuan Sovyet Uni. Kegagalan Jerman dalam perang dunia kedua menyerang Rusia mengakibatkan Amerika Serikat berbalik memukul Jerman bersama-sama Sovyet Uni. Dan pada gilirannya Amerika dan sekutunya berkampanye untuk melenyapkan negeri Sosialis pertama itu dalam perang dunia dingin. Sovyet Uni berantakan terpecah-pecah menjadi republik-republik mandiri.
    Semua itu berlangsung berkat kemajuan teknologi senjata yang luar biasa di jaman luarbiasa (edan).
    Perubahan pola berpikir dan berperilaku umat manusia terus mengalami perkembangannya dan  di satu sisi peranan agama yang dominan membendung perilaku aneh-aneh dan edan, dan di sisi lain manusia dihadapkan pada godaan atau kebutuhan terhadap barang-barang mewah hasil industri antara lain mobil mewah, pakaian mewah, alat-alat komunikasi mewah dan segala yang mewah, dan semuanya itu membutuhkan dana untuk membelinya.
.    Sang Buddha mengatakan, "segala sesuatu yang berupa barang berharga atau kekayaan  adalah sumber daripada penderitaan manusia di dunia."
    "Pancen wolak-waliking jaman, amenangi jaman edan, ora edan ora kumanan, sing waras padha nggagas, wong tani padha ditaleni, wong dora padha ura-ura, beja-bejane sing lali, isih beja kang eling lan waspadha," kata Joyoboyo. Maka ramailah orang ikut-ikutan melakukan perbuatan edan seperti mengkorup uang negara agar ikut kebagian menikmati harta dan pangkat maupun wanita.
    Di Nusantara para punggawanya di masa Orde Baru melakukan berbagai korupsi besar-besaran yang menghasilkan trilyader dari sebagian rakyat Nusantara, dan juga menghasilkan kaum miskin-papa dalam jumlah jutaan orang. Padahal kekayaan alam Nusantara tidak terbatas jumlahnya dan seharusnya dapat membikin ratusan juta rakyat hidup gemah ripah loh jinawi. Yang terjadi kemudian akibat ekonom Orde Baru berupa menggunungnya utang negara yang harus dilunasi anak cucu sampai tujuhpuluh turunan.
    Lebih lanjut lagi di era reformasi yang dimulai sejak Orde Baru ambruk di dewan perwakilan rakyat yang terhormat terjadi perkelahian mulut dan anggota tubuh antar sesama anggota dewan sendiri. Mereka digaji dengan uang rakyat salah satunya untuk menunjukkan perilaku yang santun.
   
Untuk solusi mengakhiri jaman edan itulah sang prabu Joyoboyo menyebutkan "notonogoro" yang artinya bisa berbagai macam, dan salah satunya antara lain, "menata kembali daripada segala kekacauan yang terjadi di jaman edan." Siapapun yang mampu menata kembali jaman edan yang puncaknya adalah meletusnya besar-besaran kekacauan di jagad bumi manusia dan jagad alam semesta. Dan selanjutnya sang "notonogoro" menciptakan atmosfir baru bagi terbentukkan tatanan dunia baru dan memimpin Nusantara memasuki "jaman baru".
    Notonegoro dalam arti yang lain ialah sekumpulan suku kata nama pemimpin Nusantara yang kelak memerintah di jaman baru yang berbentuk kerajaan. Sah-sah saja jika sukukata notonogoro juga dipergunakan untuk akhiran nama pemimpin negara Nusantara yang berbentuk selain kerajaan, yakni dalam negara republik saat ini.

 
****




Ramalan Joyoboyo "jaman Kalasuba"

5

1998 Orde Baru jatuh, bersamaan pula saat itu periode jaman kalabendu atau kolobendu memasuki awal babak akhir, dan bersamaan dengan datangnya milenium ketiga yang sudah di ambang pintu. Agama Islam yang sudah bertahan selama limabelas abad itu konon akan tetap berjaya hingga akhir jaman yakni sampai hari kiamat, kini sedang menghadapi masalah dengan negara adidaya Amerika Serikat yang sedang memburu teroris garis keras dan fundamentalis Islam, berarti juga sama-sama sedang memasuki babak akhir jaman kolobendu seperti yang diramalkan oleh sang prabu Joyoboyo yang hidup seribu tahun yang silam.
    Pertanyaan yang selalu mengusik siapa pun ialah kapankah babak akhir jaman kolobendu itu? Menurut sang prabu dari kerajaan Kediri itu, "Di jaman kalabendu manusia Nusantara akan selamat jika selalu mawas diri dan tidak sekali-sekali meremehkan orang yang membela kebenaran bagaikan manusia-dewa." Sedangkan waktu yang tepat berakhirnya kolobendu sampai awal datangnya jaman kalasuba ialah berbeda-beda prosesnya dalam masing-masing bidang.
 
iki dalan kanggo sing eling lan waspada
ing zaman kalabendu Jawa
aja nglarang dalem ngleluri wong apengawak dewa

Kolobendu bisa berarti jaman antitesis yakni tesis-tesis memasuki fase siklus selanjutnya, antitesis atau pertarungan atau pertempuran dalam segala hal, sehingga jaman kolobendu berarti jaman pertarungan dalam segala bidang, pertarungan antarnegara, persaingan kekuatan militer, pertempuran ilmu pengetahuan dan filsafat, pertempuran budaya, pertempuran ekonomi, pertarungan ideologi, pertikaian umat beragama, pertempuran kelas sosial, persaingan mode, dan seterusnya. Kelak setelah berlalunya jaman antitesis atau jaman kolobendu akan memasuki jaman kesempurnaan atau jaman sintesis yang disebut oleh sang prabu Joyoboyo sebagai jaman kolosubo atau kalasuba.
    Jaman kesempurnaan dalam soal lingkungan hidup  itu bisa digambarkan kelak setelah minyak bumi habis dan bahan bakar ramah lingkungan berhasil ditemukan umat manusia, sehingga polusi dunia mencapai angka nol. Juga di sektor industri ditemukan bahan-bahan yang ramah lingkungan, sampai pengelolaan sampah nuklir berhasil dikelola dengan baik. Dan seterusnya, juga di bidang lainnya mencapai kesempurnaan.
    Jadinya wajar-wajar saja sekarang ini di Nusantara terjadi gonjang-ganjing yang parah tatkala memasuki akhir jaman kolobendu. Nusantara adalah pusat atau punjer atau pancer dunia dari mana segala peristiwa di jagad bumi manusia berawal dan berakhir, juga hal lainnya selalu terpicu dari tempat ini.
    Kolonialisme mulai dikibarkan oleh bangsa kulit putih pada abad kelimabelas karena dipicu untuk memburu rempah-rempah yang berasal dari Nusantara langsung dari sumbernya. Pada awal milenium ketiga perburuan terorisme Islam fundamentalis dan garis keras yang dicanangkan Amerika Serikat sejak gedung kembar di jantung Amerika diruntuhkan pada 2001 juga karena penduduk Nusantara merupakan muslim terbesar di jagad raya.
    Nusantara yang dipimpin Perdana Menteri sosialis-komunis  Amir Sjarifoeddin pada masa awal kemerdekaan juga memicu Amerika Serikat masuk lumpur hitam kekalahan besar pada perang Asia Timur: Perang Korea, Perang Vietnam/Indocina untuk melenyapkan negeri sosialis-komunis.
    Nusantara dan Tiongkok bagaikan dua sisi mata uang wajah dunia sejak masa silam. Kebudayaan romawi-yunani tidak pernah berjaya di lautan dibandingkan Majapahit dan Tiongkok. Andaikata Romawi maupun kekalifahan Islam jaya di lautan maka mereka sudah menguasai dunia tanpa halangan apapun.
 
****



Ramalan Joyoboyo "Satrio Piningit"

6

Pasca goro-goro besar melanda planet bumi (antara lain terjadi kiamat bumi, perang besar, perang dunia, serangan jatuhnya benda angkasa, bencana alam terus-menerus) dan pulihnya jagad bumi manusia seperti sediakala menjadi normal kembali maka ratu adil alias satrio piningit alias satrio pinandito sinisihan wahyu didampingi titisan atau reinkarnasi terbaru Sabdo Palon akan tampil memimpin kejayaan Nusantara dan bumi selatan yang berpenduduk bangsa kulit berwarna. Sedangkan bangsa kulit putih dan bangsa berkulit kuning bukan menjadi urusan beliau. Demikian ucapan Sabdo Palon tatkala muncul pertama kali setelah menghilang selama limaratus tahun sejak runtuhnya Majapahit.
     Sesuai ramalan Joyoboyo bersinggungan munculnya sang ratu adil alias satrio piningit dan juga sesuai ucapan Sabdo Palon di atas dengan sendirinya kedua tokoh pemimpin Nusantara tersebut adalah dwi-tunggal satu sama lain saling melengkapi dan tidak saling bertentangan. Tugas atau peran Sabdo Palon ialah mengadakan "fit and propher test" terhadap satrio piningit. Sejak pertama muncul Sabdo Palon sudah menyediakan kursi singgasana kosong, dan barang siapa sanggup duduk di atasnya maka dialah yang akan diangkat sebagai raja. Sebagai gambaran struktur negara modern Sabdo Palon akan berperan sebagai "yudikatif" sekaligus "legislatif", Satrio Piningit memegang tampuk pemerintahan "eksekutif".
     Sabdo Palon memang telah muncul akan tetapi Satrio Piningit belum ada atau belum maju ke hadapan Sabdo Palon. Mengapa? Satrio Piningit belum menerima wahyu Illahi atau pulung gaib wahyu keprabon karena memang belum tiba saat yang tepat. Kapan dan di mana keberadaan Sabdo Palon dan calon Satrio Piningit memang belum ditemukan selama mereka belum muncul karena sebab besar atau goro-goro besar belum terjadi. Dalam teori revolusi mbah karl marx dan mbah lenin, "pimpinan akan muncul tatkala segenap rakyat sudah siap untuk mengadakan revolusi." Pemimpin revolusi tidak akan mengumumkan kapan memulai suatu revolusi, rakyatlah yang merasa kehidupannya keterlaluan menyengsarakan dan tidak lagi mempercayai negara. Tatkala itulah seorang pemimpin tampil maju ke depan untuk memimpin rakyat yang sudah matang hendak berevolusi.
     Berikut ini bait-bait yang menggambarkan kemunculan satrio piningit yang dilontarkan oleh Sang Prabu Sri Aji Joyoboyo dari Kediri pada abad kesebelas masehi:


selet-selete yen mbesuk ngancik tutuping tahun
sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu
bakal ana dewa ngejawantah
apengawak manungsa

     Kelak menjelang tutup tahun sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu. Akan muncul dewa turun ke bumi yang berwujud seorang manusia (satrio piningit).


****





Ramalan Joyoboyo "negarane ambane saprawolon"

7

Bangsa Jawa yang paling toleran di Nusantara dalam sumpah pemuda 1928 tidak mau menuntut Bahasa Jawa sebagai bahasa persatuan. Padahal lebih dari limapuluh prosen penduduk Nusantara menggunakan bahasa Jawa. Mengapa? Itulah kelebihan bangsa Jawa dalam soal toleransi. Walaupun demikian bangsa lainnya di Nusantara sering mengejek bangsa Jawa sebagai bangsa anu, ini, dan itu.
        Satu-satunya kerajaan bangsa Jawa yang cukup eksis hingga awal milenium ketiga dalam negara kesatuan Republik Indonesia ialah Kerajaan Ngayogyokarto Hadiningrat atau Kasultanan Yogyakarta. Hal itu sudah diprediksi oleh Sang nujum masyhur Joyoboyo dengan syairnya sebagai berikut:

Banjur ana Ratu duwe pengaruh lan duwe prajurit
Negarane ambane saprawolon
Tukang mangan suap saya ndadra
Wong jahat ditampa
Wong suci dibenci
Timah dianggep perak
Emas diarani tembaga

Suatu masa kelak ada seorang raja yang berkharisma dan memiliki prajurit akan tetapi wilayahnya cuma seperdelapan bagian saja. Gambaran jaman di masa itu terjadi suap-menyuap besar-besaran dalam segala bidang. Orang yang berwatak jahat diterima di mana-mana dan orang yang jujur malah dibenci semua orang. Timah yang putih mengkilap dianggap perak, sebaliknya emas yang berkilauan dan berharga tampak cuma dinilai sebatas tembaga.

Kasultanan Yogyakarta yang sekarang ini dalam hal luas wilayahnya sudah demikian persis sama sejak masa kolonial Belanda yakni pada 1755, saat itu ditandatangi perjanjian Gianti oleh pihak kolonial dan pihak keraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Dan luas wilayah provinsi Yogyakarta itu dibandingkan luas Pulau Jawa secara keseluruhan maka didapatkan angka satu banding delapan atau luas Yogyakarta saprowolon Pulau Jawa, dengan demikian ramalan Joyoboyo sudah terbukti untuk kesekian kalinya.
       Jasa keraton Yogyakarta di masa proklamasi kemerdekaan dan pada masa mempertahankan kemerdekaan tidak perlu diragukan lagi mendukung penuh Republik Indonesia yang masih bayi merah.
       Kembali pada toleransi bangsa Jawa yang sangat luarbiasa, hal demikian juga dilakukan oleh Kasultanan Yogyakarta dalam mendukung Republik Indonesia sampai hari ini. Bahkan demi toleransi yang itu juga prajurit Kasultanan Yogyakarta yang bersenjata tua dan juga personilnya sudah pada berusia lanjut dan tidak dilakukan regenerasi lagi. Itulah lambang budaya wujud kesetiaan Kasultanan terhadap NKRI, dan untuk itu bangsa Jawa tidak pernah merasa perlu minta dihargai oleh bangsa lain di Nusantara.

****

Ramalan Joyoboyo "Hari Kiamat 2022"

8


Sri Aji Joyoboyo sejak masih dalam kandungan sudah mempersatukan dua kerajaan menjadi Kediri, Joyoboyo buah hati daripada kisah Romeo dan Juliet dari Tanah Jawa antara Putra Mahkota Jenggala dan Daha yakni Raden Panji (Inu Kertapati) dan Dewi Sekartaji. Semasa Joyoboyo marak sebagai Raja Kediri, wilayah kekuasaan dan pengaruhnya meliputi separoh Nusantara. Pada masa itu juga kebudayaan Jawa mencapai puncaknya di bidang sastra dan seni. Kitab-kitab dari Mahabarata dan Ramayana diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa Kuno.
     Sri Aji Joyoboyo juga seorang nujum masyhur yang diakui selama berabad-abad. Dan salah satu yang dianggap tidak masuk akal karena belum terbukti kebenarannya ialah prediksi mengenai hari kiamat pada tahun 2100 atau 2022 Masehi. Sejak Tanah Jawa diisi oleh manusia untuk kedua kalinya maka selama 700 tahun pertama, 700 tahun kedua, dan 700 tahun ketiga akan mengalami jaman-jaman berbeda tiap seratus tahun. Jaman Kalabendu, jaman Kalasuba, dan seterusnya akan berakhir pada 2022 dan terjadilah kiamat atau pergantian jaman baru yang berbeda dibandingkan 2100 tahun sebelumnya. Setelah hari akhir atau kiamat atau ganti jaman baru itu maka Pulau Jawa akan diisi manusia untuk ketiga kalinya.
    Kalender Suku Maya di Amerika Latin juga akan berakhir pada Desember 2012, dan di sana pun akan terjadi kiamat, pemurnian bumi, atau memasuki jaman baru. Juga di Eropah menurut Nostradamus akan mengalami hal yang sama. Lain Eropa, lain Amerika Latin, dan lain pula Pulau Jawa. Masing-masing ketiga tempat tersebut mengalami jaman baru di waktu yang berbeda, dan karena berbeda maka yang terjadi bukanlah kiamat besar-besaran. 
    Hari Kiamat besar-besaran menurut ilmu pengetahuan modern akan terjadi jika bahan bakar nuklir energi matahari habis, dan telah dihitung para ahli akan habis puluhan milyar tahun lagi. Lain lagi dengan perhitungan Nasa (badan antariksa Amerika Serikat) bahwa kiamat tidak besar terdekat ialah saat terjadinya badai matahari pada 2090-an atau pun terjadinya hujan meteor sekitar tahun 2050-an. Badai Matahari dan hujan meteor memiliki dampak negatif pada kehidupan di bumi dalam prosentasi sekitar 0,001 %.
      Global warming atau pemanasan global akibat industrialisasi dan penggunaan bahan bakar fosil bisa jadi mengubah sama sekali segala macam prediksi alamiah datangnya hari kiamat di atas. Akibat ulah manusia yang asyik dengan teknologi modern dan pengetahuan super modern itu maka datangnya hari kiamat bisa saja setiap waktu dan setiap tempat akan terjadi kiamat masing-masing. Cuaca berubah menjadi ekstrim dan terjadinya bencana alam akibat habisnya hutan-hutan di bumi. Usaha yang dilakukan oleh segala macam badan dunia mulai dari PBB hingga Green Peace tampak jelas tidak akan mampu menghentikan global warming itu sendiri, hingga kelak terjadinya kiamat bumi, yang otomatis akan menghentikan segala ulah manusia dan juga memulihkan keadaan menjadi seperti sediakala kembali.

****


Ramalan Joyoboyo, "Hancurnya Bhinneka Tunggal Ika!"

9


Sejak Majapahit, persatuan atau kesatuan dalam perbedaan (Bhinneka Tunggal Ika, Unity in Diversity) yang ditujukan bagi kerukunan umat beragama antara Syiwa dan Buddha dicetuskan oleh pujangga masyhur Mpu Tantular di masa maraknya Hayam Wuruk  pada pertengahan abad keempat belas. Puncak kejayaan Majapahit di masa itu dapat terjadi setelah takluknya para pembangkang Ronggolawe, Sora, dan lainnya.
        Suasana kerajaan begitu damai, dua agama sekaligus menjadi agama Negara Majapahit yakni Syiwa dan Buddha. Pejabat tinggi atau pendeta yang termulia di seluruh kerajaan duduk sama derajat dalam melaksanakan segala kehidupan bernegara mulai pendidikan agama hingga soal pengangkatan pegawai dari masing-masing agama. Syiwa dan Buddha duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi secara fungsional maupun strukturan dalam koridor Negara Majapahit. Bahkan dalam upacara kenegaraan selalu diikutsertakan di antara kedua agama.
     Sebaliknya yang terjadi di masa Orde Baru yang juga ikut-ikutan menggunakan Bhinneka Tunggal Ika sebagai lambang negara yang dililitkan dan dicengkeram oleh burung Garuda. Di masa Orde Baru terdapat lima agama yang diakui oleh negara. Akan tetapi cuma satu agama saja yang selalu mendapatkan porsi lebih bahkan memonopoli penyelenggaraan upacara kenegaraan yakni agama "Mohammedan". Bahkan agama yang dijadikan anak emas ini diberi kekuasaan yang mirip dengan negara dalam negara. Di seluruh dunia yang pararel dengan masa Orde Baru berlangsung tidak terdapat satu negara pun yang memiliki departemen agama. 
        Persatuan dan kesatuan yang didengungkan oleh rejim Orde Baru memang kelewatan batas. Sampai-sampai berpikir pun harus seragam terutama dalam bidang politik. Barang siapa berbeda segi pandangan politik dengan penguasa maka akan dapat hadiah "antek PKI", "GPK", "OTB", dan lain-lainnya. Itu hanya sekadar contoh kecil saja untuk melanggengkan kekuasaan rejim Orde Baru. Tumbangnya atau lengsernya penguasa tertinggi Orde Baru memang tidak mengubah watak kekuasaan aparat di bawahnya yang terus memegang kekuasaan hingga hari ini. Yakni kendaraan politik Orde Baru sampai hari ini masih tetap eksis dan terus berusaha mengembalikan jaman keemasan masa lalu. Di sisi lain rakyat yang merasa tertekan selama puluhan tahun merasakan udara bebas bersuara lain dan berbuat lain. Bahkan bisa memilih sendiri pemimpinnya mulai dari lurah hingga presiden, walaupun dalam sistem pemilihan umum tersebut belumlah sempurna.
        Untuk menjaga kelestarian dan persatuan negeri jajahan seberang lautan Hindia-Belanda, salah satu yang dipelajari oleh pemerintah Hindia Belanda untuk membikin Pribumi tetap dapat diatur dan dikuasai kehidupannya ialah bagaimana mengendalikan "amuk" sendiri-sendiri dan "amuk massa". Para sarjana Belanda mengambil kesimpulan bahwa energi berlebih yang dapat muncul tatkala sedang amuk atau kesurupan adalah sisa-sisa kekuatan primitif dari kegelapan. Untuk itulah dalam membentuk pasukan militer pribumi dipilihlah orang-orang yang kalem untuk menghadapi pribumi lain yang punya kekuatan amuk. Dan sukseslah Belanda dengan cara demikian. Karena orang-orang kalem dari daerah tertentu di Jawa itu dapat tetap tenang menghadapi musuh yang begitu ganas. Sehingga mereka menguasai keadaan dan posisinya dengan baik.
       Amuk massa yang tercetus menjadi pemberontakan rakyat Aceh Merdeka, Papua Merdeka, dan lainnya yang ditambahi dengan terorisme dan perkelahian umat beragama "dapat diduga, bisa tidak bisa, langsung maupun tidak langsung" adalah akibat dari sistem Orde Baru yang otoriter dan kejam terhadap lawan politiknya, maupun siapa saja yang bersuara lain dari simfoni yang digelar Orde Baru. Buah perbuatan mereka yang buruk cara menanamnya kini mengalami panen besar. Segala keributan pun muncul tanpa dapat diselesaikan dengan cara apapun. Dan semakin meriah ditingkahi dengan bencana alam maupun bencana akibat ulah segelintir orang. Dan ujung-ujungnya akan mengancam Bhinneka Tunggal Ika yang itu juga. 
      Ramalan Joyoboyo mengenai kehancuran persatuan dan kesatuan keluarga, sahabat, yang akan berimbas pada negara Nusantara telah ditulis dalam bait sebagai berikut pada abad kesebelas masehi.

Akeh bapa lali anak
Akeh anak wani nglawan ibu
Nantang bapa
Sedulur padha cidra
Kulawarga padha curiga
Kanca dadi mungsuh
Akeh manungsa lali asale

Para bapak menelantarkan anak, anak-anak berani melawan ibunya sendiri dan juga berani menantang sang bapaknya sendiri. Sanak-saudara saling bermusuhan, sesama anggota masyarakat satu sama lain saling curiga mencurigai. Kawan menjadi musuh dalam selimut. Manusia sudah banyak yang melupakan asal-usulnya masing-masing.

****

Ramalan Joyoboyo "tentang agama"

10

Agama akeh sing nantang. Prikamanungsan saya ilang. 
Ora ngendahake hukum Tuhan. Agama ditantang. 
Akeh wong angkara murka. Nggedhekake duraka.
Ukum agama dilanggar.
(Sri Aji Joyoboyo, abad kesebelas masehi)

Agama ditentang oleh berbagai pihak yang punya kepentingan tertentu, rasa perikemanusiaam pihak yang demikian semakin lama semakin tipis, mereka tidak lagi mematuhi aturan agama Tuhan. Agama diadu dengan agama. Pihak tertentu melakukan angkara murka, dan menambahi perbuatan durhaka. Aturan agama dilanggar terus.
      Nujum abad kesebelas Sri Aji Joyoboyo sudah memprediksi kerusakan segala bidang segi kehidupan termasuk tentang agama. Seirama dengan wolak-walik ing jaman maka agama tidak luput pula dilanda jaman terbalik-balik atau jaman edan. Jadi wajar saja jika terjadi segala keanehan perilaku yang menyimpang mengatasnamakan kelompok, ormas, ataupun pembela agama tertentu melakukan tindakan anarki dan kejam serta biadap terhadap sesama umat beragama lain terlepas dari umat yang dijadikan sasaran itu menganut agama yang benar atau pun salah.
      Kaum marxist sudah mengelompokkan segala macam mazhab filsafat yang ada di dunia ini ke dalam dua kubu besar. Kubu idealis yang secara awam bisa seperti ini contohnya, "pada abad kelimabesas umat manusia berfikir mengenai kapal laut yang dapat bergerak di udara. Mereka merancang dalam pikiran kira-kira seperti apa benda terbang tersebut. Pada tiga abad sejak itu pesawat udara benar-benar berhasil dibikin oleh umat manusia." Ide tentang pesawat mendahului pesawat udarang sungguhan. Segala sesuatu bermula dan berasal dari ide. Ide lah yang menjadi awal segalanya. Demikian pandangan kaum idealis.
      Filsafat materialis yang menjadi pisau analisa kaum marxist, secara awam contohnya seperti ini, "Matahari dalam sistem tata surya kita itu sudah ada lebih dulu dibandingkan kehadiran manusia di bumi, maka dalam memandang matahari sebagai sebuah materi, yang dapat dilihat dan dirasakan oleh perasaan manusia dan dapat dipikirkan seperti apa sesungguhnya matahari. Matahari yang nyata itu lebih dulu ada daripada ide dalam kepala manusia, dan dari sini digenalisir berdasarkan hukum kekekalan zat, bahwa materi ada lebih dulu daripada ide dalam kepala manusia."
      Sekadar contoh kecil di atas memang tidak menjelaskan dengan pantas mengenai dua kubu filsafat di atas, untuk mengerti lebih lanjut bacalah buku sangat tebal yang mengupas hal itu.
     Pertarungan sesama kaum idealis dalam kubu mereka sendiri memang tidak terbatas atau terikat dalam ruang dan waktu, karena ide tidak terbatas, dengan demikian dapat berlangsung terus menerus  mengiringi kehidupan di bumi manusia.
      Kaum materialis yang cinta damai tentu terheran-heran dan tidak habis pikir mengapa ada sebagian ulah manusia yang menjadi khalifah di bumi menjelang abad keduapuluh satu ini masih bertingkah anarki serupa di jaman jahiliyah.
****


Ramalan Joyoboyo, "Korupsi"

11


Sistem parlementer semasa Orde Lama yang efektif berjalan sejak Pemilu pertama 1955, dan pemenang yang tampil menjadi empat partai besar: PNI, NU, Masyumi, dan PKI. Maka tensi pertarungan antarparpol semakin memuncak dan inilah era demokrasi liberal. Persaingan antarparpol sejak 1945 membawa Republik Indonesia ke arah persaingan kekuasaan dan kekuatan partai politik yang tidak sehat. Kronologisnya dimulai dari dengan adanya Maklumat X Hatta, "Silakan bentuk partai-partai politik", merupakan awal berlangsunnya kehidupan sistem liberal/parlementer. Dan selanjutnya sistem multipartai ini diakhiri oleh Presiden Soekarno dengan Dekrit 5 Juli 1959, sejak itu era demokrasi terpimpin konsep Angkatan Darat mulai berlaku dan baru berakhir berakhir pada 1998. PKI sebagai sebuah partai telah tersingkir dari panggung sejarah sejak terjadi peristiwa pada 1965. Maka kekuatan peta politik yang tersisa menurut Clifford Gertz (Religion of Java, 1960) dan Frans Husken (Sebuah desa di Jawa), Golongan Santri dan Abangan, di samping minoritas lainnya.
     Seorang nujum yang hidup pada abad kesebelas Prabu Sri Aji Joyoboyo sudah menulis syair yang menggambarkan era demokrasi liberal atau parlementer ini, aparat negara, dan juga masalah korupsi yang terus menerus terjadi sejak Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi, dan polah tingkah wakil rakyat di latar belakang panggung kekuasaan politik. Padahal kita semua tahu sistem tatanegara semasa Joyoboyo memerintah Kediri, jaman itu sistem kekeluargaan dan gotong-royong masih sangat kuat. Berikut ini ramalan masa depan oleh Joyoboyo mengenai korupsi dan sistem politik: 
    Korupsi dapat dilakukan sambil duduk di belakang meja, memanfaatkan jabatan dengan jadi calo di dalam departemen sendiri. Para pengusaha yang memanfaatkan jasa calo elite ini berani menantang pemerintah yang syah dengan memutarbalikkan fakta bahwa calo suruhannya menjadi kambing hitam untuk melawan negara. Para pengemplang upeti negara ini kompak satu sama lain dan ditingkahi para koruptor lain yang solider dengan sesamanya. Kekuatan para koruptor itu bahkan setingkat mafioso dari Italia merambah gedung dewan rakyat yang terhormat. Di sana siapa saja yang suaranya paling lantang dan keras dia akan mendapat pengaruh dan menentukan arah pengambilan keputusan.

Maling lungguh wetenge mblenduk.
Maling wani nantang sing duwe omah.
Begal pada ndhugal.
Rampok padha keplok-keplok.
Akeh wong dakwa dinakwa.
Sing suwarane seru oleh pengaruh.

Santri vs Abangan minus komunis di tahun 2011 ini tentu tidak akan berlanjut atau menghasilkan demokrasi terpimpin versi baru, baik versi Soekarno maupun versi Angkatan Darat. Juga tidak mungkin menghasilkan sistem gotong-royong yang merupakan produk asli bangsa Nusantara. Yang bakal terjadi ialah menurunnya kinerja pemerintahan karena banyaknya gangguan-gangguan dari partai oposisi. Dan juga terjadinya tindak pidana korupusi yang semakin membudaya. Di samping itu pemerintahan yang kuat tentu tidak disukai oleh negeri adidaya maupun para negara tetangga yang suka mencuri pulau, maupun yang suka mencuri SDM. Dan kepentingan negara adidaya dan negara tetangga sebenarnya seiring dan sejalan dengan para koruptor yakni tetap berputarnya modal mereka di sini, kalau bisa tanpa membayar pajak sesen pun kepada negara.

****


Ramalan Joyoboyo, "Bangsa Tionghoa"

12

Sejak masa silam Negeri Tiongkok dikenal memiliki kebudayaan tua  sekaligus tinggi di antara bangsa di dunia, bangsa Mesir, Mesopotamia, dan bangsa Lembah Indus. Rasulullah Muhammad s.a.w. bersabda, "Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Tiongkok." Hingga kini, di awal abad keduapuluh satu, Tiongkok telah memilih dengan mantap menjadi negeri Komunis yang konsisten menjalankan diktatur proletariat warisan V.I. Lenin. Tentu saja doktrin itu disesuaikan dengan perkembangan jaman dengan menambahkan doktrin lain yang mencerminkan dinamika sistem komunis yang sesuai jamannya.
     Menurut kajian ilmiah para sejarahwan modern, manusia Nusantara beserta kebudayaannya berasal dari Indochina. Itu berarti bukan hanya bangsa Indochina yang bermigrasi ke Nusantara akan tetapi juga bangsa Tionghoa kuno. 
     Dengan latar belakang semacam itulah tidak mengherankan bahwa peranan bangsa Tionghoa sangat signifikan dan penting, juga dominan, dalam menentukan kejayaan maupun keruntuhan negeri Nusantara sejak masa silam, baik dalam soal perbuatan yang baik maupun dalam soal yang tidak baik alias jahat. Jangan lupa dengan peran satu orang dengan seribu nama: Sam Po Toa Lang, Sam Po Kong, atau Ma San Pao, Cheng Ho, Dampo Awang dalam memasukkan ajaran Islam sekaligus mendirikan kerajaan Islam pertama di Jawa, tentu saja setelah berhasil menggusur kerajaan Syiwa-Buddha di Jawa. Di bidang ekonomi mereka sangat jaya, mulai dari sektor pedagang perantara satu, dua, dan tiga alias pedangang besar. Kebaikan dan kejahatan bangsa Tionghoa tentu setua kebudayaan mereka. Yang baik kalau bicara soal pengusaha raksasa kadang dinamai konglomerat putih dan yang sebaliknya dinamai konglomerat hitam. Dua jenis ini kadang juga saling bertarung adu kekuatan demi memajukan bisnis mereka, kekuatan baik dan tidak baik. Dalam dunia politik tentu pengaruh mereka sesuai dengan pedalaman mereka sendiri yakni pertarungan di antara mereka yang pro Tiongkok Daratan melawan mereka yang pro Taiwan. Oleh sebab itu bagi non-Tionghoa jangan hantam kromo dan gebyah uyah bahwa bangsa Tionghoa di Nusantara itu bersatu padu, mereka juga punya pilihan masing-masing sesuai kebutuhan dan kehidupannya sendiri.
    Maka tidaklah mengherankan bahwa Prabu Sri Aji Joyoboyo dari abad kesebelas sudah meramalkan tentang bangsa Tionghoa jahat sebagai berikut:

cina alang-alang keplantrang dibandhem nggendring
melu Jawa sing padha eling
sing tan eling miling-miling
mlayu-mlayu kaya maling kena tuding
eling mulih padha manjing

 

Bangsa Tionghoa tetap berusaha berpindah-pindah akan tetapi dalam koridor wilayah Nusantara jika dalam keadaan darurat. Mereka yang tersadar terhadap kesalahan sendiri berusaha mendekati orang Jawa (penduduk setempat). Mereka yang tidak mau sadar akan kesalahan terus merasa was-was bak seorang pencuri yang tertangkap basah, kemudian hidup dalam pelarian dengan cara berpindah-pindah tempat tinggal. Mereka (bangsa Tionghoa) yang tidak bersalah apapun dan memutuskan tetap tinggal di tempat, akhirnya dibenci oleh penduduk sekitarnya.

****


Ramalan Joyoboyo "Perang Dalam Negeri Nusantara"

13 

Dalam perang paregreg pertama di masa Majapahit berakhir dengan runtuhnya Kerajaan Adidaya di bumi Selatan itu sendiri. Selanjutnya dalam perang paregreg kedua atau perang penghancuran diri pada September 1965, berakhir dengan perang saudara yang menelan korban lima juta jiwa penduduk Nusantara, baik dari golongan komunis maupun Soekarnois dan golongan agama.
       Seorang wartawan asing berkata pada Bung Karno, "Bung, bubarkan saja PKI itu seperti tuntutan para pengunjuk rasa, agar semuanya beres."
Bung Karno melotot pada bule itu, dan katanya, "Aku diam saja, sudah terjadi korban sebanyak itu. Bagaimana jikalau aku bubarkan PKI."
      Bung Karno lebih memilih tenggelam seorang diri daripada Indonesia hancur. Maka tak sekalipun datang komando untuk menumpas para durjana yang hendak menggulingkannya. Padahal kekuatan di belakang Bung Karno masih sangat besar.
      Paregreg ketiga yang akan terjadi di Nusantara kelak di masa depan telah digambarkan oleh Sri Aji Joyoboyo pada abad kesebelas sebagai berikut:

Ana peperangan ing njero.
Timbul amarga para pangkat akeh sing padha salah paham.
Durjana saya ngambra-ambra.
Penjahat saya tambah.
Wong apik saya sengsara.
Akeh wong mati jalaran saka peperangan.

Kelak di masa depan di dalam negeri Nusantara terjadi perang dahyat, penyebabnya sepele saja karena terjadinya salah paham di antara para pemimpin militer dan pemimpin sipil. Selanjutnya dalam suasana kekacauan itu banyak yang mengail di air keruh: kekejaman penjahat kelas kakap semakin menjadi-jadi, baik dalam pemerintahan dengan cara melakukan korupsi besar-besaran maupun penjahat yang berkerah putih/pengusaha sektor swasta semakin merugikan keuangan negara. Orang yang jujur dan juga para alim ulama semakin tambah sengsara. Peperangan dalam negeri Nusantara itu menelan banyak korban di mana-mana.

Paregreg di Nusantara selalu terjadi akibat pertikaian di kalangan penguasa sendiri. Kecuali pemberontakan Arok pada 1222 yang murni adalah perjuangan perang rakyat semesta untuk menggulingkan penguasa yang dzolim.

****
Ramalan Joyoboyo tentang Wanita

14

Wong wadon nganggo pakeyan lanang
Wong wadon ilang kawirangane
Akeh wong wadon ora setya marang bojone
Akeh ibu padha ngedol anake
Akeh wong wadon ngedol awake
Wong wadon nunggang jaran
oleh Sri Aji Joyoboyo, abad xi

Syair Joyoboyo tersebut memang kenyataannya hari ini adalah terbukti benar-benar sedang terjadi di Nusantara. "Kelak di masa depan kaum perempuan memakai busana kaum pria, pada saat itulah kaum hawa mulai kehilangan rasa takut dan juga rasa malu sebagai perempuan yang dimuliakan dan dihormati keluarganya. Dan juga di masa depan itu kaum perempuan tidak lagi setia sehidup semati dalam melayari bahtera rumah tangga laksana Dewi Shinta terhadap Rama. Pada kondisi demikian itu kelak juga akan terjadi para ibu ada yang tega menjual darah dagingnya sendiri dengan alasan kemiskinan atau demi mendapatkan uang. Dan demi uang yang itu juga banyak kaum wanita yang cantik-jelita mau menjual tubuhnya demi mendapatkan kemewahan hidup tanpa mau bersusah payah bekerja. Dan di jaman yang demikian itu sudah bukan hal aneh kaum wanita menyetir kendaraan bermotor di jalan raya."
      Syair di atas itulah buah karya nujum dari abad kesebelas masehi, Sri Aji Joyoboyo, semuanya meramalkan keburukan yang akan melanda kaum perempuan di kelak kemudian hari. Akan tetapi ramalan demikian bukan berarti semua kaum hawa di permukaan bumi adalah buruk. Tidak! Tentu saja wanita yang mulia dan terhormat lebih banyak jumlahnya daripada yang buruk, karena jasa kaum perempuanlah manusia dapat terus eksis di planet bumi.
      Rosa Luxemburg, pejuang kiri berasal dari Polandia, dan Joan of Arc panglima perang dari Prancis, dan tentu saja Raden Ajeng Kartini pelopor kemajuan wanita di Nusantara yang gemar dan mampu menulis untuk mengungkapkan pikirannya yang maju dan modern dalam melihat bangsanya yang tertinggal dalam pendidikan, khususnya kaum perempuan bangsanya. Kepeloporan Kartini dalam menyejajarkan wanita dan pria dengan alasan kemampuan wanita tidak kalah dari kaum Adam dalam menyerap ilmu pengetahuan itu pada akhirnya merupakan perjuangan emansipasi atau persamaan derajat antar gender berhasil gemilang di Nusantara.
      Organisasi wanita yang cukup handal dan progresif Revolusioner paska perang kemerdekaan ialah Gerwani yang berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia. Akan tetapi malapetaka yang teramat dahsyat organisasi wanita di masa Orde Lama itu dihancurkan dengan fitnah keji tiada tara. Gerwanilah yang menyiksa dengan kejam para Jenderal Angkatan Darat, yang di kemudian hari ternyata perbuatan itu tidak pernah dilakukan oleh organisasi wanita tersebut. "Nasi sudah menjadi tinja," kata Pramoedya. Maka tidak pelak lagi semua pimpinan Gerwani ditangkap dan disiksa dengan cara tidak bermoral, mulai dari pelecehan ringan hingga yang berat, dan itu dilakukan oleh organisasi resmi pemerintah yang konstitusional dan terhormat. Memang dimaklumi terjadi kekejian itu dalam suasana antikomunis yang luarbiasa pada waktu itu. Yang patut disayangkan ialah kaum perempuan Nusantara tidak berani lagi membikin organisasi progresif revolusioner hingga saat ini. Memang telah lahir pemimpin berkelas akan tetapi pada akhirnya melemah dengan sendirinya karena kodrat dan kebutuhan hidup serta lingkungan yang terlanjur berbeda dengan masa lalu.
      Konon sejak masa silam, mulai pada abad kesebelas tatkala Sri Aji Joyoboyo memerintah Kediri para leluhur sudah mengajarkan sebagai berikut, "Ingatlah wahai para raja atau pemimpin Nusantara, jika kalian mengambil wanita Tiongkok atau ras mongolid lainnya, yang dijadikan oleh kalian sebagai istri atau pun sekadar selir atau simpanan. Maka kedudukan dalam pangkat dan jabatan akan menjadi goyah, hingga jatuh semua kekuasaan yang kalian miliki...!"
      Sedikitnya patut dicatat peristiwa yang berhubungan dengan di atas yakni antaranya Prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit mengawini putri Campa yang berdarah Tiongkok dan kemudian Majapahit meluncur jatuh menuju kehancuran.
      Bung Karno atau Paduka Yang Mulia Presiden Soekarno, Pemimpin Besar Revolusi, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia juga memperistri seorang perempuan berdarah mongoloid dari negeri Sakura bernama baru Ratna Sari Dewi. Sejarah mencatat bahwa sejak pernikahan itu Bung Karno meluncur menuju kejatuhannya akibat digulingkan oleh kekuatan dalam negeri yang bersekongkol dengan asing. Dalam masa penahanannya di wisma Yaso, milik Ratna Sari Dewi, yang dikemudian hari dirampas oleh Angkatan Darat, Bung Karno walau sakit parah pada ginjalnya sehingga wajib cuci darah tidak mendapatkan perawatan semestinya hingga ajal menjemputnya pada 1970. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Roji'un....

****


Ramalan Joyoboyo, Invasi pasukan Extra-Terrestrial terhadap Planet Bumi

15

Planet Bumi yang mungil  memiliki peran istimewa sebagai penyeimbang tatanan alam semesta raya. Mengapa? Karena di bumi terdapat sebangsa makhluk cerdas, yakni manusia, atau homo sapiens. Makhluk cerdas atau berintelijensi tinggi ini memiliki kodrat berbuat kebaikan sekaligus kejahatan terhadap planet sendiri. Dengan teknologi atom yang mereka kuasai, maupun teknologi baru yang lebih ramah lingkungan maka kelak mereka mampu mengubah benda angkasa yang berukuran beberapa kilometer persegi sampai sebesar planet menjadi layak huni dan selanjutnya menguras kekayaan yang berupa bahan tambang penting dan berharga jika dibawa ke bumi.
      Sejauh ilmu pengetahuan yang sampai saat ini berhasil dikuasai maupun sedang dipelajari oleh para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu, bahwa belum ada bukti apapun yang menunjang ke arah ditemukannya plenet kembaran bumi, dan juga sosok cerdas lain di alam semesta. Adakah mereka? Pertanyaan itu semakin sulit dijawab di jaman modern ini, karena ketatnya disiplin akademis dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun dalam ilmu filsafat.
      Berikut ini ada sebuah syair bernuansa ramalan oleh Sri Aji Joyoboyo dari abad kesebelas masehi yang mengisahkan kedatangan armada pasukan asing ET (extra-terrestrial) dari angkasa luar yang jumlahnya cukup besar dan diperkirakan menggunakan teknologi  yang memanfaatkan komet yang sudah direkayasa sebagai kapal induk bagi tumpangan pesawat-pesawat mereka. Tujuan mereka diperkirakan untuk mengembalikan kedudukan planet bumi manusia yang penting bagi keseimbangan alam semesta. Barangkali kedatangan mereka itu tatkala sedang terjadi kekacauan dahsyat.di bumi akibat ulah manusia sendiri dan juga ditingkahi dengan bencana alam efek samping dan utama daripada global warming (pemanasan global planet Bumi).

sadurunge ana tetenger lintang kemukus lawa
ngalu-ngalu tumanja ana kidul wetan bener
lawase pitung bengi,
parak esuk bener ilange
bethara surya njumedhul

Konon kedatangan dewa berbadan manusia itu di planet Bumi kelak itu ada hubungannya dan atau ditandai dengan pergerakan barisan besar "lintang kemukus" selama tujuh hari tujuh malam berasal dari Selatan Khatulistiwa menuju ke Timur.
Walau sebenarnya mereka terus bergerak tiada henti tentu saja di pagi hari tatkala sang mentari muncul sampai pada ia tenggelam di petang hari, benda angkasa yang terus bergerak itu tak akan tampak dari permukaan bumi. 

**** 
Ramalan Joyoboyo "Partai yang ingkar janji"

16 


Kesalahan fatal yang dibuat oleh golongan kiri yakni kaum sosialis, komunis, dan demokrat kerakyatan di Nusantara ialah pada masa kabinet Amir Syarifoeddin sekitar tahun 1947-48 yang mengembalikan mandat kekuasaan memimpin kabinet Parlementer pertama sejak kemerdekaan kepada Presiden Soekarno. Hal itu terjadi akibat persetujuan Renville (nama kapal perang Amerika Serikat) tidak lagi didukung oleh Partai Masjoemi. Masjoemi atau Masyumi semula mendukung Renville kemudian menentang persetujuan tersebut dan memelopori mosi tidak percaya kepada Kabinet Amir Sjarifoeddin yang berasal dari Partai Sosialis.
       Amir Sjarifoeddin sang Perdana Menteri yang merasa emosional atas sikap salah satu partai koalisi tersebut dengan emosional menyerahkan kekuasaannya tanpa pikir panjang lagi, sehingga akibatnya di kemudian hari ia menjadi kambing hitam sebagai pemimpin partai kiri/sosialis yang sangat dibenci oleh Amerika Serikat. Amir dan sepuluh pemimpin PKI dibunuh oleh penguasa yang menggantikannya. Pengganti kabinet Amir S. ialah kabinet Mohammad Hatta yang sepenuhnya antikomunis maka didukung partai Islam dan partai kecil lainnya. Kaum kiri harus disingkirkan dari kabinet Hatta dengan jalan berbagai rekayasa antara lain ReRa, dan juga menghijrahkan kekuatan kanan Siliwangi ke daerah basis Jawa Tengah dan Jawa Timur.
     Ramalan Joyoboyo mengenai ratu ora netepi janji ialah partai yang tidak menepati janji. Partai penguasa dan partai oposisi di masa orde reformasi ini memang bertindak selalu mengingkari janjinya, apapun yang diucapkan semasa kampanye ternyata selalu janjinya tidak pernah ditepati. Begitulah watak siapapun yang berhasil meraih kekuasaan, baik ia seorang aktivis militan maupun pembela rakyat tertindas lainnya jika telah masuk lingkaran kekuasaan maka ia tidak akan berani membela rakyat tertindas. Mengapa? "Itu cuma soal perut," kata Pramoedya Ananta Toer, yang juga membikin hukum sebagai berikut, "Siapapun yang sudah sukses meraih kekuasaan atau bahkan cuma menjadi aparat pemerintah, maka jangan diharapkan lagi ia akan berjuang untuk rakyat yang tertindas!" 
       Oleh karena itulah partai yang berkuasa semasa Orde Baru tidak akan pernah lagi dipercaya oleh rakyat. Karena di belakang hari, walaupun sudah merasa menjadi partai yang baru, partai yang berbeda ternyata tingkah polahnya tetap saja mengagungkan Orde Baru yang fasis dan otoriter seperti juga pemimpin partai berkuasa di belahan dunia lain: Husni Mubarak, Khadafi, Pinochet, Marcos dan seterusnya  sehingga setelah berkuasa puluhan tahun berturut-turut akhirnya digulingkan oleh rakyat, walaupun itu dibarengi dengan campur tangan negara adikuasa yang mengerahkan kekuatan militer dan intelijennya. 
        Berikut ini adalah bait Sri Aji Joyoboyo yang hingga kini dikenal sebagai nujum yang ampuh berasal dari Kerajaan Kediri yang berkuasa hampir meliputi dua pertiga wilayah Nusantara pada abad kesebelas masehi:

ratu ora netepi janji
musna kuwasa lan prabawane
akeh omah ndhuwur kuda
wong padha mangan wong
kayu gligan lan wesi hiya padha doyan
dirasa enak kaya roti bolu
yen wengi padha ora bisa turu

Suatu masa para calon pemimpin/wakil rakyat membikin janji pada rakyat sewaktu berkampanye, akan tetapi setelah terpilih menjadi pemimpin/wakil rakyat mengingkari janji. Mereka kemudian tidak dipercaya lagi oleh rakyat, maka akan kehilangan kedudukan dan juga kewibawaan. Kelak akan ada gedung pencakar langit yang pada lantai dasarnya dibuat parkir kereta tanpa kuda alias mobil. Manusia terdiri dari kelas penghisap dan kelas yang dihisap. Mereka yang berada dalam posisi penghisap sudah bisa mendapatkan keuntungan daripada usahanya mengolah besi menjadi barang mewah, dan juga kayu gelondongan menjadi barang yang bernilai tinggi/meubel. Mereka merasa menikmati keuntungan tinggi dari usaha tersebut senikmat rasa kue bolu. Akan tetapi manusia yang demikian sibuk itu selalu memikirkan bagaimana mencari keuntungan lebih banyak lagi sehingga bekerja hingga larut malam dan sulit untuk tidur.

***

Ramalan Joyoboyo "tentang pria"

17


Dengan payung organisasi kemasyarakatan di bidang keagamaan, adat budaya setempat, partai politik, dan lain sebagainya berhimpunlah kaum pria dalam sekawanan gerombolan bersenjata tumpul dan tajam mengadakan aksi keroyokan terhadap satu atau beberapa orang yang telah diputuskan bersama sebagai patut diserbu atau diobrak-abrik karena telah melanggar norma sosial dan keagamaan. Lain soal apakah perbuatan gerombolan/kelompok itu atas nama kebenaran, aqidah, dan membasmi kemaksiatan. Tindakan anarki keroyokan yang dilakukan kumpulan pria itu menggambarkan bahwa di jaman terbalik dan edan seperti yang dicetuskan Sri Aji Joyoboyo pada abad kesebelas adalah lenyapnya jiwa ksatria dalam diri kaum pria masa depan. Menyerang lawan atau yang dianggap musuh yang berkekuatan kecil dan lemah dengan sistem keroyokan -- anak kecil pun tahu -- memang bukan tindakan ksatria yang seharusnya merupakan simbol daripada kaum pria. Dan di jaman terbalik ini juga terdapat seseorang/kelompok yang secara sembunyi meletakkan benda celaka di tempat umum, misalnya bom. Maka lengkaplah main keroyokan dan main belakang itu juga tindakan yang tidak menunjukkan adanya jiwa ksatriaan pada diri orang/kelompok yang sengaja melakukannya.
      Sistem pengeroyokan di sektor kejahatan juga terjadi, lima lelaki atau lebih menggarap harta benda korbannya di jalanan yang cuma seorang saja, kadang malah wanita. Mengapa terjadi kemerosotan moral/jiwa ksatria pada kaum pria? 
     Pujangga modern Nusantara yang pernah dinominasikan peraih Nobel mengatakan soal kekalahan berabad kerajaan Nusantara terhadap bangsa Barat, "Laju kemerosotan Nusantara sejak paska keruntuhan Majapahit hingga hari ini tidak dapat ditahan lagi oleh para raja dan ksatria di Nusantara, dan juga angkatan perang mereka tak pernah diuji dan berhasil sekali pun dalam pertempuran menghadapi bangsa lain, karena kekuasaan dan kekuatan mereka tercurah dan tersedot habis di dalam harem....". 
     Penyebab lainnya ialah tidak ada kurikulumnya untuk diajarkan di sekolah kecuali sekolah militer atau di tempat lainnya bagaimana caranya bersikap ksatria, maka yang terjadi pada kaum pria masa depan ini tepat sebagaimana yang diramalkan oleh Joyoboyo sembilan abad yang silam adalah sebagai berikut:

Wong lanang ilang kaprawirane
Wong lanang linggih plangki
Akeh wong lanang ora duwe bojo
Wong wadon nglamar wong lanang

Kelak di masa depan pada jaman terbalik maka kaum pria akan kehilangan jiwa ksatrianya. Tidak seperti di jaman kuno tatkala kaum wanita naik tandu sedangkan kaum prianya naik kuda, maka di jaman terbalik tersebut kaum prianya justru menaiki tandu atau menggunakan sopir pribadi untuk bepergian ke mana-mana. Kaum pria yang telah tidak lagi berjiwa ksatria itu tidak berani beristri karena takut untuk melamar dan menikah dengan berbagai alasan: ekonomi, patah hati, tidak sederajat, tidak berani bertanggung jawab atas perbuatan sendiri, dan sebagainya. Bahkan semakin bertambah banyak juga pria yang tidak suka pada lawan jenisnya: wanita; akan tetapi malah menyukai sejenisnya. Kelak di masa depan malahan kaum wanita tidak malu-malu lagi mendahului menyatakan cintanya kepada pria idaman hatinya. ***
Subowo bin Sukaris
Hasta Mitra Updated at: 2:27 PM